Nasional

Bumi akan Miliki Dua Bulan Mulai 29 September Mendatang

Rabu, 25 September 2024 | 08:00 WIB

Bumi akan Miliki Dua Bulan Mulai 29 September Mendatang

Ilustrasi Bulan. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online

Pada 29 September 2024 mendatang, Bumi akan memiliki objek lain yang menjadi satelit bumi selain bulan.


Dalam sebuah penelitian terbuka berjudul A Two-month Mini-moon: 2024 PT5 Captured by Earth from September to November, objek tersebut adalah 2024 PT5 yang akan berada di dekat bumi selama 53 hari mulai dari (29/9/2024) hingga (25/11/2024).


2024 PT5 akan mengikuti lintasan tapal kuda di dekat bumi dengan kecepatan yang relatif rendah. Penulis utama jurnal tersebut, Carlos de la Fuente Marcos, menuturkan kepada Space.com ​​​​​​asteroid ini berasal dari sabuk asteroid Arjuna.


"Objek yang akan mengunjungi kita itu termasuk sabuk asteroid Arjuna, sabuk asteroid sekunder yang terbuat dari batuan luar angkasa yang mengikuti orbit yang sangat mirip dengan Bumi," ungkap Marcos yang merupakan seorang profesor di Universidad Complutense de Madrid.


Bulan mini 2024 PT5 ini diameternya berukuran 10 meter sangat kecil dibandingkan bulan yang diameternya sebesar 3.474km. Oleh karena itu, bulan mini ini tidak dapat tertangkap langsung oleh mata, teleskop amatir, atau teropong biasa tetapi bisa terlihat dengan teleskop astronom profesional.


Peristiwa bulan mini ini bukan kali pertama yang pernah terjadi di bumi. Dalam penelitian di atas, tercatat hal ini pernah terjadi sebanyak dua kali, yakni pada tahun 1981 dan 2022.


Mengapa bumi bisa mempunyai bulan mini?

Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), Ma'rufin Sudibyo menjelaskan awal mula penemuan bulan mini pada awal Agustus 2023 lalu.


"Yang disebut “Bulan mini” atau Bulan sementara bagi Bumi adalah asteroid mini 2024 PT5 yang baru ditemukan pada 7 Agustus 2024 M lalu melalui sistem penyigian langit ATLAS (Asteroid Terestrial-impact Last Alert System). Khususnya melalui fasilitas teleskop SAAO (South Africa Astronomical Observatory) di Afrika Selatan," jelas Ma'rufin.  


Ia juga menjelaskan bahwa dalam astronomi modern dikenal adanya tiga jenis pengiring Bumi : Bulan, Bulan sementara & Bulan seolah-olah. 


Bulan merujuk kepada Rembulan sebagai satelit alamiah Bumi yg dimensinya seperempat Bumi & mengelilingi Bumi pada orbit yg stabil (dalam jangka pendek).


Sementara Bulan sementara adalah benda-benda langit mini (khususnya asteroid) yang tertangkap medan gravitasi Bumi saat melintas dekat di titik yang tepat, yakni salah satu dari titik Lagrangian. Dengan begitu, benda langit itu dipaksa mengedari Bumi, meski hanya untuk sementara dan memiliki orbit sangat takstabil.


Pada waktunya, Bulan seolah-olah akan kembali melintasi salah satu titik Lagrangian Bumi sehingga terlepas kembali dari pengaruh gravitasi Bumi kembali menjadi benda langit yang mengedari Matahari.


Sementara, bulan seolah-olah adalah benda-benda langit mini (khususnya asteroid) yang sejatinya tetap beredar mengelilingi Matahari. Namun periode orbitnya (waktu yang digunakan untuk mengelilingi Matahari sekali putaran), relatif sama panjangnya dengan waktu setahun sideris Bumi (365,25 hari).


Hal ini menyebabkan jaraknya ke Bumi bervariasi dalam nilai yg relatif tetap dan menjadikannya seolah-olah senantiasa berada di dekat Bumi, laksana salah satu pengiring Bumi.


Apakah fenomena ini berbahaya?

Ma'rufin menjelaskan bahwa dimensi 2024 PT5 yang kecil dan bergerak dengan kecepatan rendah ini tidak menjadi sesuatu yang berbahaya bagi bumi.


"Karena dimensinya kecil (hanya beberapa meter hingga belasan meter), maka Bulan sementara ini akan menjadi meteor sangat-terang yg muncul secara beruntun. Seperti fenomena Meteor 1913 lebih dari seabad lalu," terangnya.


Namun, ia juga menjelaskan apabila dimensinya cukup besar (lebih dari 30 m) dan bergerak dalam kecepatan tinggi, bulan sementara ini dapat menumbuk permukaan Bumi dan menjadi sebagai peristiwa tumbukan benda langit yang dahsyat. 


"Umumnya Bulan sementara memiliki orbit sangat tidak stabil. Penyebabnya mulai dari proses masuk ke ruang pengaruh gravitasi Bumi hingga gangguan tarikan gravitasi dari Bulan dan planet-planet tetangga (terutama Venus dan Jupiter)," kata Ma'rufin.


Ketidakstabilan orbit ini membuat Bulan sementara ini mudah terlempar kembali keluar menjadi asteroid biasa seperti semula. Namun, dapat pula ia terlempar lebih mendekati Bumi hingga memasuki atmosfer Bumi seperti yang akan terjadi pada 2024 PT5. 


Pada 25 November nanti, 2024 PT5 akan kembali ke rumahnya di sabuk asteroid Arjuna.


Kejadian tumbukan benda langit yang besar pernah terjadi di Jupiter tepat 30 tahun lalu. Saat itu satelit alamiah sementara Jupiter, yakni komet Shoemaker Levi-9 (yang telah terpecah belah ke dalam 21 keping), menumbuk planet Jupiter & melepaskan energi yg luar biasa besar.


Energi tersebut menyebabkan daya rusak yang mampu membinasakan kehidupan hampir sepenuhnya apabila tumbukan sejenis terjadi di Bumi. Komet ini dipaksa menjadi satelit alamiah Jupiter sejak awal 1970-an, saat melintasi salah satu titik Lagrangian Jupiter kala beredar mengelilingi Matahari.