Mustasyar NU Pringsewu Imbau Penceramah Dadakan Perdalam Pemahaman Agama
Ahad, 27 Desember 2020 | 04:00 WIB
Penceramah mestilah bukan hanya mengandalkan penampilan yang memukau, namun kedalaman ilmu dan pemahaman materi yang disampaikan.
Pringsewu, NU Online
Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Pringsewu KH Sujadi mengimbau para penceramah agama untuk terus meningkatkan kapasitas diri dalam pemahaman ilmu agama. Ia berharap para penceramah tidak hanya mahir orasi dan merangkai kata di panggung, namun lemah dalam keilmuannya.
"Penceramah harus berkualitas baik di panggung maupun di luar panggung. Jangan ketika turun panggung ditanya tentang hukum agama tidak bisa menjawab," kata Bupati Pringsewu ini saat menyampaikan kajian tafsir Al-Qur'an Ahad (27/11) pagi. Kajian sendiri dilakukan rutin digelar setiap hari.
Jika sekedar berceramah atau berpidato, ujar dia, anak-anak kecil pun bisa dilatih dan tampil memukau di atas panggung untuk berceramah. Namun, dai-dai cilik ini perlu terus dibimbing belajar ilmu agama lebih mendalam.
Inti dari itu semua bukanlah penampilan yang memukau, namun kedalaman ilmu dan pemahaman materi yang disampaikan.
Fenomena penceramah agama 'dadakan' saat ini memang acapkali muncul di tengah-tengah masyarakat. Dengan perkembangan teknologi dan informasi khususnya internet, banyak orang yang pintar berbicara tiba-tiba menjadi ustadz. Padahal keilmuan agamanya sangat dangkal terlihat semisal dari bacaan dan tulisan Al-Qur'an-nya.
Katib Syuriyah PCNU Pringsewu H Auladi Rosyad pun meminta masyarakat untuk selektif dan berhati-hati dalam memilih sosok guru atau ustadz dalam belajar agama. Masyarakat khususnya umat Islam diharapkan tidak mudah terbawa arus dan terombang-ambing mengikuti tren.
"Saat ini bermunculan, orang yang tak punya background pendidikan agama, tidak mesantren, atau baru kenal agama tiba-tiba menjadi penceramah. Diperparah lagi dengan mengeluarkan fatwa dan menyalahkan para ulama alim. Naudzubillah min dzalik," ungkapnya.
Agama sendiri lanjut Kiai Rosyad, sering dijadikan alat untuk meraih hasrat pribadi dan kelompok guna meraih popularitas dan banyak pengikut. Mengutip pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, agama seharusnya dijadikan sebagai inspirasi, bukan aspirasi.
"Jadi menjadi penceramah agama itu tidak mudah. Harus diawali dengan menata hati agar tidak keluar jalur," ia mengingatkan.
Masyarakat pun harus teliti melihat track record (rekam jejak) ustadz yang ada khususnya di media sosial, sehingga bisa memilih yang benar-benar alim dan memiliki silsilah keilmuan yang jelas dan benar.
"Tidak hanya prinsip 'yang penting ngaji'. Tapi juga harus tahu dan berhati-hati paham, aliran, dan gerakan yang diajarkannya. Semoga kita senantiasa diberi petunjuk oleh Allah SWT untuk belajar agama dengan benar dari guru yang benar," pungkasnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan