Musholla al-Himmah yang asri di kelurahan Tambakreja kecamatan Cilacap Selatan kabupaten Cilacap menjadi tempat kegiatan lailatul ijtima’ MWC NU Kecamatan Cilacap Selatan, pertengahan bulan Sya’ban menjelang Ramadhan.
Jajaran mustasyar, syuriyah, tanfidziyah, lajnah, lembaga dan badan otonom NU serta pengurus ranting NU se-Kecamatan Cilacap Selatan, hadir pada lailatul ijtima’ tersebut, yang bertepatan hari Sabtu, tanggal 13 Sya’ban 1431 H/24 Juli 2010 M.<>
Pembacaan Surat al-Fatihah menjadi awal dari kegiatan dimaksud, kemudian dilanjutkan dengan amaliyah bacaan tahlil yang dipimpin langsung oleh KH Amir Fattah Ashar (mustasyar MWC NU Cilacap Selatan) sebagai bentuk pendekatan kepada Allah SWT dan menumbuhkembangkan nilai-nilai ahlusunnah wal jama’ah. Sambutan juga disampaikan oleh Drs Masri Mahfudz (ketua Ranting NU Tambakreja).
Arahan disampaikan oleh Rais Syuriyah KH Mohammad Mudatsir yang banyak menyikapi adanya dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat dalam konteks kekinian dan berharap agar jajaran pengurus harian, lembaga, lajnah dan badan otonom NU untuk selalu bekerja lebih giat dalam penanggulangan menurunnya akhlaq masyarakat dengan cara lebih rajin untuk melaksanakan kegiatan-kegaitan yang bersifat keagamaan secara berkesinambungan.
Bastuti Ridwan selaku ketua tanfidziyah MWC NU Cilacap Selatan, memberikan gambaran awal berdirinya Nahdlatul Ulama pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M tidak lain bertujuan untuk menjaga nilai-nilai ahlusunnah wal jama’ah, sebab sebelum Nahdlatul Ulama berdiri adanya pergesekan antara ulama pesantren dan gerakan wahabi yang telah menjelma dalam organisasi-organisasi keagamaan yang telah berdiri lebih dahulu dan mengaku sebagai pelopor gerakan moderat.
Tokoh-tokoh ulama pesantren yang dimotori oleh KH Muhammad Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Chasbullah menjadi figur sentral dalam menjaga kemurnian faham ahlusunnah wal jama’ah sebagai upaya menjaga kebebasan menjalankan ibadah dengan menganut empat madzhab dengan cara membentuk Komite Hijaz yang bertujuan untuk menghadap Abd. Aziz ibnu Sa’ud (Penguasa Hijaz). Pembentukan Komite Hijaz ini yang kemudian disepakati sebagai hari berdirinya Nahdlatul Ulama di Surabaya.
Menjelang bulan suci Ramadhan, MWC NU Cilacap Selatan, pada kesempatan lailatul ijtima’ tersebut juga bermusyawarah untuk melakukan pendataan Imam/Penceramah keliling antar masjid dan musholla sebagai bentuk implementasi menjaga nilai/faham ahlusunnah wal jama’ah, dimana banyak tuntutan warga/masyarakat yang menghendaki agar di bulan Ramadhan nanti nilai/faham ahlusunnah wal jama’ah ala Nahdlatul Ulama dapat lebih memberikan warna di tengah kegiatan keagamaan masyarakat.
Untuk hal tersebut ditunjuk KH Sukardi sebagai koordinator pendataan sebagai tanggung jawab pemenuhan atau menyikapi permintaan dari warga/masyarakat di Kecamatan Cilacap Selatan.
lailatul ijtima’ diakhiri dengan bacaan do’a yang dipimpim oleh KH Amin Syaefani, (rbr