Daerah

Ngaji 35 Tahun, Warga Batur Khatamkan Tafsir Al-Ibriz

Senin, 12 Februari 2018 | 15:45 WIB

Klaten, NU Online
Rais Syuriyah PCNU Klaten KH Muchlis Hudaf memiliki sebuah rutinan pengajian Kitab Tafsir Al-Ibriz karya KH Bisri Musthofa Rembang, yang hingga kini telah berjalan selama kurang lebih 35 tahun.

Pada tahun 1982, Kiai Muchlis mulai membuka majelis taklim bersama jamaah masyarakat di Batur Tegalrejo Ceper, Kabupaten Klaten.

"Alhamdulillah mendapat sambutan yang baik dari sesepuh dan pemuda setempat. Awal mula majelis pengajian Tafsir Al-Ibriz ini bertempat di rumah perorangan kemudian sesuai dengan perjalanan waktu, masyarakat sepakat mendirikan mushalla yang kemudian digunakan untuk shalat berjamaah dan pengajian tersebut, mushala itu diberi nama Baiturridlo," kata Kiai Muchlis, Senin (12/2).

Masyarakat di Batur Ceper yang banyak menekuni usaha pengecoran logam ikut merespon positif kegiatan ini.

"Di kampung kami masyarakatnya pengusaha yaitu usaha pengecoran logam yang cenderung sibuk, seharian kerja dan malam harinya sudah lelah. Tetapi alhamdulillah kegiatan pengajian boleh dibilang tidak pernah libur atau lowong setiap malam Senin selama 35 tahun," kata kiai yang mengemban amanah Rais Syuriyah PCNU Klaten sejak tahun 2004 itu.

Setiap memulai pengajian dengan membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-nas sebagai wujud tawassul kepada para masyayikh terutama kepada Sahibul Al-Ibriz KH Bisri Musthofa dan diakhiri dengan Al-Fatihah doa dan Shalawat Burdah.

"Alhamdulillah kami sangat merasa lega, senang dan bergembira sebab selama 35 tahun Allah SWT memberikan kesehatan dan kesempatan untuk bisa mengkhatamkannya, memang cukup lama karena setiap satu majelis pengajian kami hanya membaca lima sampai tujuh ayat," tuturnya.

Setelah mengkaji selama 35 tahun dan khatam, sejak Januari lalu, pengajian Tafsir Al-Ibriz di Mushala Baiturridlo pun dimulai lagi dari awal. Jamaah boleh berganti, usia pun terus bertambah, namun tak menyurutkan semangat dan keistiqamahan para jamaah untuk tetap mengkaji kitab tafsir berbahasa Jawa itu. (Ajie Najmuddin/Alhafiz K)


Terkait