Daerah

NU-Care Presentasikan Filantropi Islam Nusantara pada Kader PMII

Selasa, 2 Mei 2017 | 11:52 WIB

Jakarta, NU Online
NU Care-LAZISNU menerima kunjungan sekaligus menggelar sarasehan bersama PC PMII Pekalongan pada Senin (1/05) siang, di lantai 5 gedung PBNU, Jakarta Pusat. 

Pada sarasehan yang diikuti 56 peserta itu, NU Care-LAZISNU dan PC PMII Pekalongan mengusung tema Implementasi Aswaja sebagai Manhajul Fikr dalam Ranah Lokal melalui Gerakan Filantropi Islam Nusantara.

Slamet Tuharie, selaku narasumber, menyampaikan bahwa penyebaran Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) Nahdlatul Ulama itu didorong dengan gerakan kedermawanan, gerakan filantropi.

“Aswaja NU yang dibawa Mbah Hasyim, Mbah Wahab, Mbah Bisri, para founding fathers NU ada ghirah kedermawanan, kepedulian di dalamnya. Ada spirit filantropi di dalamnya. Kita sebut sekarang dengan filantropi Islam Nusantara,” jelas Slamet, yang menjabat sebagai Direktur Penyaluran dan Pendayagunaan PP NU Care-LAZISNU.

Slamet memaparkan, filantropi Islam Nusantara saat ini sedang menemukan gairahnya. Hal ini, kata Slamet, terjadi dan terbukti setelah terselenggaranya Workshop Nasional NU Care-LAZISNU yang diadakan di Sukabumi, awal Februari 2017.

“Sukabumi menjadi tuan rumah Workshop Nasional dan menjadi pilot project NU Care-LAZISNU. Sukabumi, dengan semangat berbaginya yang tinggi, kini memiliki Klinik ZIS, ambulan, peternakan kambing, dan kesuksesan lainnya. Semangat NU Care-LAZISNU Sukabumi menginspirasi NU Care-LAZISNU di banyak daerah, seperti Sragen yang sedang membangun Rumah Sakit NU, atau Kulonprogo dengan program pemasangan lampu, dan Banyumas yang program zakatnya sukses bersinergi dengan penyuluh Kemenag juga guru Ma’arif NU,” papar Slamet.

Selanjutnya, terkait ranah lokal, Wasekjen GP Ansor Pusat Caswiyono Rusydie menerangkan bahwasanya mahasiswa itu harus peka terhadap isu-isu lokal. Tiap mahasiswa punya tanggung jawab sosial. Semakin tinggi pendidikannya, semakin tinggi pula tanggung jawabnya. Berbeda tanggung jawab antara anak SD dengan mahasiswa.

“Mahasiswa harus bergumul dengan problem-problem sosial, paham dengan isu-isu di daerahnya masing-masing. Apalagi PMII. PMII itu harus banyak bergerak, karena namanya juga pergerakan. Kalau sahabat PMII cuma bolak-balik kampus dan kos, perlu dipertanyakaan status PMII-nya,” terang Caswiyono, selaku narasumber kedua.

Caswi, sapaan akrabnya, juga menekankan kepada para kader PMII untuk bergerak di banyak bidang, baik itu sosial, politik, budaya, maupun ekonomi.

“Di tengah maraknya isu radikalisme, kader PMII selain turut meng-counter sekaligus mengampanyekan Islam rahmatan lil ‘alamin, Islam Nusantara, juga harus bergerak di bidang lainnya. Di bidang ekonomi misalnya, sahabat-sahabati PMII bisa fokus dengan program entrepreneur. Intinya PMII itu harus banyak bergerak, harus dekat dengan persoalan masyarakat,” ucap Caswi.

Ketua PC PMII Pekalongan Hasan Fasani mengatakan bahwa sarasehan dan diskusi mengenai implementasi Aswaja dan filantropi Islam Nusantara akan ditindaklanjuti di Pekalongan.

“Sebelumnya, PC PMII Pekalongan menghaturkan terima kasih sekali atas sambutan dan apresiasi NU Care-LAZISNU. Kemudian, mengenai gerakan filantropi dan isu-isu lokal di daerah tentu akan kami follow-up. Kami ingin mengundang NU Care-LAZISNU Pusat ke Pekalongan untuk tindak lanjutnya,” ungkapnya. (Wahyu Noerhadi/Mukafi Niam)


Terkait