Solo, NU Online
Komitmen sebagai warga negara serta tuan rumah yang baik ada 4 (empat) tingkatan. Ada 4 komitmen yang menarik dicermati. Komitmen paling rendah adalah komitmen orang jalanan.
"Mereka mandi tidak pernah membersihkan tempat mandi, makan tidak memikirkan tempat makan, minum tidak mikir alat minum, dan tidur tidak memikir bagaimana membersihkan tempat tidurnya,” terang Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KHM Dian Nafi'.
Hal itu disampaikan saat mengisi taushiyah di acara 'Jateng Bershalawat' yang dihelat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah di rumah Habib Syech Solo, Jateng, Selasa (22/12).
Disampaikan, komitmen yang kedua adalah tingkat komitmen orang jajan, di mana komitmennya dinilai sebatas bagaimana ia bisa membayar.
“Dia mau duduk mengangkat satu kakinya. Dia mau mengkritik masakan dan tempat makannya. Yang penting selesai dia membayar. Dan yang seperti itu dikritik, Qorun adalah orang yang diabadikan dalam Al-Qur’an bermental orang yang jajan. Segalanya mau dibeli, karena mentang-mentang dia memiliki harta,” kata dia.
Kemudian lanjutnya, tingkatan komitmen yang ketiga adalah tamu. Seorang tamu, datang mesti tepat waktu dan menduduki tempat yang ditentukan.
“Sebagai tamu. Kita mengerti di sini tuan rumahnya adalah Habib Syech. Kita berada di titik putih yang ditetapkan. Kita menjaga jarak. Kita menghargai. Kita mengikuti protokol kesehatan. Kita memakai masker. Tadi saya tidak berani jabat tangan langsung dengan Habib Syech, hanya dengan isyarat saja. Membungkuk. Alhamdulillah Habib Syech juga berkenan. Dengan pakaian yang pantas, menikmati suguhan yang disajikan,” ujarnya.
Adapun level tertinggi dari sebuah tingkatan komitmen menurut kiai yang juga pengasuh pesantren ini adalah seperti seorang tuan rumah. Di mana seorang tuan rumah yang baik, ketika akan menerima tamu, dia akan berusaha untuk menyiapkan segalanya.
“Malam hari ini tuan rumahnya adalah Pemprov Jawa Tengah, tuan rumahnya Ahbabul Musthofa, tuan rumahnya adalah Habib Syech. Alhamdulillah, saya datang sebelum Isya, semuanya sudah tersedia. Semua tertata, tamunya belum datang, tuan rumah sudah bertanggung jawab. Baik keamanan maupun kesehatan, dan itulah mentalitas yang luar biasa,” kata Kiai Dian.
Kepada NU Online, Kamis (24/12) Kiai Dian mengajak kepada para umat Islam menjadi seorang tuan rumah yang baik. Siapkah kita menjadi tuan rumah bagi siapapun di negara Indonesia ini? Para rasul, para nabi, para ulama, para habaib mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga rumah kita dengan baik.
"Tuan rumah merawat rumahnya dengan sangat baik. Kebersihannya, keamanannya, dan keselamatannya dijaga,” tuturnya.
Habib Syech berharap kegiatan bershalawat dengan model baru di tengah suasana pandemi ini dapat ditiru oleh yang lain. “Menjadi contoh kegiatan seperti ini, yang semoga dapat dilaksanakan seminggu sekali. Karena sementara masih ada wabah. Kalau kita bisa menahan diri sebentar saja, Insyaallah wabah ini akan menyingkir. Insyaallah!,” harap dia.
Dalam kesempatan tersebut, Habib Syech juga berdoa untuk keselamatan bangsa. “Mari kita sama-sama bershalawat. Dengan shalawat ini, semoga Allah menyelamatkan kita serta bangsa ini. Menyelamatkan kaum muslimin muslimat dan seluruh umat Nabi Muhammad SAW di mana pun mereka berada. Terutama kita memohon kepada Allah, agar Allah mengangkat wabah virus Corona ini, dan Insyaallah kita akan kembali hidup normal,” kata Habib Syech.
Dalam kegiatan ‘Jateng Bershalawat’ tersebut, turut hadir Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, Wagub Jateng H Taj Yasin Maimoen, Ketua Umum MUI Jateng KH Ahmad Darodji, Kakanwil Kementerian Agama Jawa Tengah Mustain Ahmad dan Pengasuh Majelis Ahbabul Musthofa Habib Syech bin Abdul Qadir As-segaf yang memimpin pembacaan shalawat nabi.
Kontributor: Ajie Najmuddin
Editor: Abdul Muiz