NU Pringsewu Ingatkan Warganya Selektif Pilih Majelis Taklim
Sabtu, 26 Desember 2020 | 16:15 WIB
Warga NU harus tahu dan paham jaringan-jaringan organisasi yang membungkus misinya. (Foto: Istimewa)
Pringsewu, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, Lampung mengingatkan warga NU untuk selektif dan berhati-hati memilih majelis taklim saat akan belajar ilmu agama. Pasalnya, ada majelis taklim yang bersifat eksklusif dengan kemasan menarik bagi orang awam namun memiliki misi tertentu dan terkait dengan jaringan teroris.
"Jangan tertarik dengan tampil fisiknya saja namun harus tahu harakah (misi pergerakan) majelis taklim tersebut. Jangan sampai jumlah warga NU yang banyak ini dimanfaatkan mereka untuk kepentingan membesarkan paham yang berbeda dengan NU ini," kata Wakil Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, KH Munawir, Sabtu (26/12).
Menurut Kiai Munawir, fenomena saat ini memang banyak paham keras ekstremis yang membungkus misinya dengan berbagai kegiatan untuk menarik simpati umat Islam semisal dengan santunan dan aksi sosial.
Ketika awal masuk dalam jaringan majelis taklim tersebut pun, seolah tidak ada yang salah dengan kajian yang dilakukan. Namun lambat laun, paham dan misi mereka akan ditanamkan pada jamaah yang ikut sehingga akan mengikuti irama dan gerak langkahnya.
"Warga NU harus tahu dan paham jaringan-jaringan organisasi yang membungkus misinya. Jangan gampang ikut-ikutan. Ikuti dan gabung saja ke majelis taklim Ahlussunnah wal Jamaah yang sudah jelas NU-nya," ingatnya.
Kebiasaan di masyarakat, menurut Kiai Munawir, banyak yang senang hal-hal baru yang dikemas tanpa melihat isi kurikulumnya. Semisal juga dalam memilih lembaga pendidikan, masyarakat masih banyak yang terpengaruh dengan tampilan fisik saja yang terlihat islami dan ikut-ikutan karena banyak tetangganya atau orang lain mengirim anaknya ke lembaga tersebut.
"Coba teliti lagi siapa di belakang majelis taklim atau lembaga pendidikan tersebut dan kurikulumnya bagaimana. Itu yang terpenting yang harus diketahui," jelasnya.
Jika merasa kurang banyak referensi, Kiai Munawir meminta warga NU untuk menanyakan atau berkonsultasi dengan para ustadz dan kiai yang memang selama ini mendidik warga sekitar. "Jangan ditinggalkan para ustadz dan kiai yang ada di sekitar kita karena tertarik ustadz baru yang rekam jejaknya belum tahu jelas," ujarnya.
Padahal menurutnya, banyak anak yang berkualitas merupakan hasil didikan ustadz atau kiai masjid dan mushala sekitar. Karena orang tuanya memindahkannya ke ustadz baru, maka anak tersebut akan diklaim sebagai hasil didikan dari ustadz baru tersebut dan akan menjadi bahan promosi mereka.
Ia pun meminta para pengurus NU, badan otonom, dan lembaga di setiap tingkatannya untuk senantiasa menjaga warga NU dari hal-hal yang dapat menjadikan mereka terpapar paham-paham eksklusif ini. Jangan sampai para pengurus sendiri juga malah ikut terlibat di dalam organisasi tersebut.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan