Daerah

Nyalon, Ketua PCNU Kota Probolinggo Siap Mundur

Selasa, 21 Mei 2013 | 00:17 WIB

Probolinggo, NU Online
Desakan agar Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Probolinggo H. Maksum Subani menanggalkan jabatannya terjawab sudah.<>

Mantan Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Probolinggo tersebut menyatakan siap mundur sebagai konsekuensi atas pencalonan dirinya dalam Pilwali (Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali) Kota Probolinggo, Agustus mendatang.

Pernyataan tersebut disampaikan Maksum setelah resmi mendaftar sebagai pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Probolinggo di Kantor KPUD Kota Probolinggo. “Sesuai dengan aturan di NU, bahwa setiap pimpinan yang maju dalam politik harus mundur. Jadi saya juga harus mundur,” ujarnya kepada NU Online, Senin (20/5).

Ketika ditanya kapan secara resmi akan mengundurkan diri, Maksum mengaku hanya tinggal menunggu waktu saja. Terlebih dirinya baru mendaftarkan diri sebagai pasangan calon. Begitu dirinya ditetapkan sebagai pasangan calon, konsekuensinya ia harus mengundurkan diri dalam kepengurusan PCNU Kota Probolinggo. “Tidak perlu diragukan lagi, saya pasti mundur karena itu sudah menjadi aturan baku di NU,” jelasnya.

Mekanismenya, pihaknya akan membuat surat pengunduran diri yang diketahui oleh Syuriyah NU. Baru kemudian dimintakan persetujuan kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Diketahui, pasca terpilih sebagai Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Probolinggo periode 2013-2018, Maksum mengambil gebrakan dengan maju sebagai Bakal Calon Wakil Wali (Bacawawali) Probolinggo dari Partai Golkar mendampingi Bacawali Zulkifli Chalik. Pasangan ini didukung 2 parpol parlemen, selain Golkar ada Partai Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Sementara itu, nama yang santer diperbincangkan sebagai pengganti Maksum adalah Achmad Hudri. Hudri sendiri dalam dua periode kepemimpinan Maksum menjabat posisi strategis. Pertama ia menjabat sebagai sekretaris dan sekarang ia menjabat sebagai Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Probolinggo. Dengan pengalamannya, Hudri dinilai memiliki kapasitas cukup untuk menggantikan Maksum.

Maksum sendiri ketika disodorkan nama Hudri tidak memberikan penegasan. Ia mengaku, dari 5 wakil ketua di Tanfidz, menurutnya semua berpotensi menjadi penggantinya. “Saya belum bisa berandai-andai, semua dari wakil saya itu siap menjadi ketua dan nilainya sama serta memiliki kapasitas untuk memimpin NU,” jelasnya.

Selain Hudri, 4 wakil ketua lainnya diantaranya Nazli Idris, Muhammad, Ali Mochtar dan Abdul Chalik. Mantan Kadispendik itu menjelaskan, mekanisme pergantian ketua itu akan diawali dengan rapat pengurus harian yang melibatkan Syuriyah dan Tanfidziyah.

Dalam rapat harian itulah kemudian ditunjuk Pelaksana Harian (Plh) yang menghandle tugas ketua. Dilanjutkan kemudian dengan rapat pleno untuk menunjuk ketua definitif. Rapat pleno itu sendiri tidak hanya melibatkan Syuriah dan Tanfidziyah, tetapi juga Muhtasyar dan A’wan. “Jadi tidak serta merta ada pergantian,” terangnya.

Sementara itu Hudri yang namanya disebut-sebut sebagai sosok sebagai pengganti Maksum menjawab diplomatis. “Dari kelima wakil ketua, empat lainnya jauh lebih pantas daripada saya,” bebernya kepada NU Online.

Terlebih menurut pria yang juga guru itu, dalam proses itu ada banyak tahapan yang harus dilalui. “Apalagi Pak Maksum kan belum ditetapkan. Saya sendiri tidak mau berandai-andai, apalagi 1 sampai 2 bulan ke depan beliau masih ketua kami,” terang pria berkacamata itu.

Ketika ditanyakan kesiapannya menggantikan Maksum, lagi-lagi Hudri berkelit. “Saya bukan pada posisi siap atau tidak siap mengemban amanah itu. Saya tidak bisa memberikan kesiapan itu,” katanya sembari tertawa.

NU sendiri menurut Hudri sampai saat ini tidak terpengaruh dengan wacana mundurnya sang ketua. Sebab pada dasarnya, NU menurutnya tidak tergantung pada sosok ketua semata. “Kami di Tanfidz itu hanya pelaksana kebijakan dari Syuriah. Posisi kami adalah khaddimul ulama’ dan khaddimul ummat,” tegasnya.

Terkait mundurnya Maksum, Hudri mengapresiasi keputusannya yang dinilai sebagai orang yang konsisten terhadap peraturan. Meski begitu, sejatinya banyak contoh di beberapa daerah, Ketua Tanfidziyah PCNU yang tidak mundur meski berkarier dalam politik. Diantaranya PCNU Gresik dan Jember.



Redaktur     : A. Khoirul Anam
Kontributor : Syamsul Akbar


Terkait