Daerah

Pendampingan Psikososial Fatayat NU Lumajang Sasar Ibu-Ibu Berperan Ganda

Ahad, 12 Desember 2021 | 10:30 WIB

Pendampingan Psikososial Fatayat NU Lumajang Sasar Ibu-Ibu Berperan Ganda

Sebagian aktivis Fatayat NU Lumajang saat bersama ibu-ibu terdampak erupsi Semeru di Lumajang Jawa Timur. (Foto: Dok. PCFNU Luumajang)

Jakarta, NU Online
Relawan Nahdlatul Ulama (NU) Peduli Semeru yang terdiri dari personel gabungan terus mengadakan pendampingan psikososial dan trauma healing bagi para korban terdampak erupsi Semeru. Aksi trauma healing (penyembuhan trauma) tersebut dimotori oleh Pengurus Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama Kabupaten Lumajang.


Dalam penanganannya, Ketua PC Fatayat NU Khasanah Ilmi yang bertugas dalam pendampingan psikososial korban terdampak, menyebut bahwa ibu-ibu merupakan pihak yang paling banyak menerima pendampingan dan healing.


“Ibu-ibu justru yang lebih banyak di-healing,” kata Ilmi kepada NU Online melalui pesan digital pada Ahad (12/12/2021).


Ilmi mengatakan bahwa hal tersebut terjadi lantaran ibu adalah orang yang memiliki peran ganda. Di samping ibu harus menguatkan dirinya sendiri, dia pun harus menguatkan anak-anak.


“Karena dia harus menguatkan dirinya, di samping itu dia juga menguatkan untuk pola asuh anak-anaknya,” terang Ilmi.


Ilmi mengatakan bahwa pihak yang bertugas pada pendampingan psikososial terus mengupayakan kestabilan psikologis para korban terdampak erupsi Gunung Semeru dengan menentukan formulasi healing yang tepat.


“Terus berlanjut. Kita masih menyiapkan quisioner untuk formulasi healing yang tepat,” ujar Ilmi.


Bagi korban yang memerlukan penanganan dampingan lebih lanjut, Ilmi menyebut para korban akan dibawa ke psikolog dan konselor Fatayat NU.


“Nanti kita dampingi titik lokasi yang korbannya betul-betul butuh pendampingan berkelanjutan dengan psikolog dan konselor Fatayat,” ujarnya.


Sementara itu, pendampingan bagi anak-anak terus berjalan. Melalui penggalian informasi kepada orang dewasa di sekitar anak-anak, Ilmi mengatakan hal yang sering dikeluhkan anak-anak pasca-erupsi adalah rasa tidak nyaman terhadap lingkungan baru dan kejenuhan rutinitas harian.


“Dari gali informasi ke orang dewasa, anak-anak tidak nyaman dengan lingkungan baru yang bukan tempat tinggal mereka dan kejenuhan yang tiap hari dirasakan karena tidak bisa melakukan kebiasaan yang sehari-hari mereka lakukan,” urai Ilmi.


Proses pendampingan kepada korban terdampak terus berlangsung dan dilakukan ke beberapa titik meliputi Pasrujambe, Labruk, Tompokersan, Banjarwaru, serta beberapa tempat lainnya.


“Proses pendampingan ada di beberapa titik; Pasrujambe, Labruk, Tompokersan, Banjarwaru, dan beberapa tempat lain dengan jadwal menyusul,” ungkapnya.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori


Terkait