Daerah

Penyair Pesantren Tolak Ideologi Khilafah dengan Sastra

Selasa, 8 Mei 2018 | 08:30 WIB

Pasuruan, NU Online 
Pengukuhan Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) oleh Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) menuai dukungan dari berbagai kalangan. Salah satunya dari penyair pesantren, Haidar Hafeez. Melalui puisinya berjudul 'Terbang', pria yang akrab disapa Gus Haidar, Presiden Rumah Sastra ini menolak penafsiran agama para pengusung ideologi khilafah demi mengganti ideologi negara bangsa NKRI. 

Rumah Sastra adalah komunitas sastra yang didirikan Gus Haidar untuk membiasakan para santri Pondok Pesantren Darul Ulum Karangpandan, Pasuruan berekspresi melalui seni dan puisi, dan menjadi bagian dari Gerakan Puisi Menolak Korupsi yang dipandegani penyair nasional, salah satunya, Sosiawan Leak. 

Gus Haidar produktif menulis puisi berlatar NU dan Pesantren, di antaranya menjadi viral di social media sebagaimana Puisi Ayo Mondok, Kiai Abdul Jalil, Rekaat Kusuf. 

Inilah puisi yang berjdulu Terbang tersebut


Aku butuh terbang 
Untuk memainkan nazam hulasah alfiyah
Aku tabuh terbang
Demi dibak terasa lezatnya
Angan terbang menuju hariba rabbi
Aku butuh terbang
Angan melayang hingga nirwana
Seirama dawai mantera puisi yang aku rangkai
Bahwa negeri ini negeri indah
Mata hari membelah bumi menjadi katulistiwa
Negeri rahmat 
Berterbangan ingatan menjadi luapan lupa
Lupa yang menguap bersama panas dendam
Menjadi awan amarah 
Menggumpal di angkasa mendung tebal ampunan
Seketika hujan rahmat turun deras membasahi jiwa jiwa katulistiwa
Menumbuhkan keindahan beraneka ragam warna
Agama suku bahasa menjadi Indonesia
Aku terbangkan niat
Bersama aku sadari takdir
Akulah Indonesia
Menjadi Indonesia
Banggaku bersama kehendak tuhan
Aku telan kullu hizbin bima lazaihim farihun
Sebagai obat kuat mempertahankan negeriku
Tak urusan dngan apa saja
Aku biarkan para koswah kulub
Leleh oleh panas hati memandang aku berindonesia
Dengan bualan khilafah
Yang mereka bungkus agama
Khilafah bukan agama
Sama seperti Indonesia bukan agama
Tetapi adalah negara
Jangan rebut negeri kami 
Sebab aku yang terlanjur Indonesia
Akulah barigade
Perobek merah putih 
Akan aku koyak dada mereka 
Dada yang penuh sesak amrad qulub
Dada yang busuk 
Tak rela menyaksikan aku adalah Indonesia
Sakit hati dengar kabar 
Aku yang Indonesia ternyata pemeluk agama 
Taat melebihi kira sangka buruknya
Aku yang Indonesia
Membumikan kalam tuhan menjadi tarikan nafas
Jangankan koar koar
Apa saja seluruhnya agama
Rupaku yang Indonesia
Tak sejelek hatiku
Akulah Indonesia
Tak satupun nabi atau sahabat adalah Indonesia
Akulah Indonesia
Doa nabi bersama orang orang miskin
Akulah Indonesia
Miskin rupa
Miskin tinggi badan
Miskin bentuk tubuh
Bersemyam didalamnya ahlak karimah
Tumbuh dari merendah
Sebab memang tidak tinggi
Lahir dari merasa jelek
Sebab tak ada kesempurnaan lahiriyah
Indoesia banggaku berbangsa Indonesia


(Abdullah Alawi)


Terkait