Dokter spesialis gizi Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo, dr. Rina Yuniati, S.Gz mengatakan bahwa, saat ini masalah obesitas sedang menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan. Pasalnya, obesitas tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tetapi saat ini banyak anak-anak yang mengalaminya.
"Jika dulu penyakit ini (obesitas) hanya mengintai pria dewasa lebih tepatnya usia lanjut, sekarang ini obesitas bisa dengan mudah menyerang para remaja, anak-anak hingga balita. Obesitas bisa terjadi karena banyak faktor, "Namun, 90 persen obesitas terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat. Salah satu faktornya adalah karena asupan makanan yang melebihi kebutuhan tanpa diimbangi aktivitas yang cukup," kata Rina kepada NU Online, Rabu (19/10).
Untuk mencegah obesitas, Rina menyarankan agar melakukan beberapa tindakan di antaranya sering berolahraga, makan makanan sehat rendah lemak, jaga berat badan sehat, selalu konsisten terhadap perencanaan mengenai gaya hidup sehat sehari-hari, mengubah gaya hidup.
"Perbanyak olahraga, ubah pola makan yang tadinya mungkin banyak makanan berlemak (seperti gorengan, jeroan) kini diperbanyak dengan buah-buahan, hindari konsumsi alkohol, jangan terlalu keras pada diri sendiri sampai tidak mau makan. Ini bukan suatu metode yang tepat, tetap makan, namun ganti menunya menjadi menu sehat," tandasnya.
Rina menjelaskan, orang yang mengalami obesitas berada pada resiko yang lebih tinggi untuk penyakit yang serius seperti tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, diabetes, penyakit kandung empedu, dan kanker. Risiko pada orang dengan obesitas lebih tinggi dari orang-orang yang memiliki berat badan yang sehat dan normal.
"Penyebab obesitas banyak sekali, obesitas sering terjadi ketika tubuh mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada membakar kalori. Banyak orang berfikiran bahwa obesitas itu hanya disebabkan oleh makan berlebihan dan kurangnya berolah raga, yang disebabkan karena kurangnya kemauan dan mengontrol diri. Hal lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas adalah faktor genetik, yaitu sebanyak 25-35 persen. Jadi, jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat obesitas, maka orang tersebut memiliki risiko yang lebih tinggi menderita obesitas dibandingkan dengan mereka yang tidak," jelasnya.
Rina menandaskan, aktivitas yang cukup diperlukan untuk membakar kelebihan energi yang ada. Jika hal itu tidak terjadi, maka kelebihan energi akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam sel-sel lemak. Tapi, jangan langsung panik saat mengingat jumlah makanan yang di makan pada malam hari. Sebab hal itu tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi dalam jangka waktu yang cukup lama.
Lebih lanjut Rina mengatakan, diet yang seimbang tentu membantu seseorang menghindari kegemukan ataupun obesitas. Komposisi diet yang seimbang biasanya mencakup 60 persen karbohidrat, 15 persen protein, dan 25 persen lemak, tinggi serat 30-50 gram per hari.
"Jenis makanan yang cocok untuk diet ialah sayuran dan buah-buahan, jika seseorang ingin membuat jus, hindarilah penggunaan gula yang terlalu banyak, karena dapat meningkatkan kalori. Ingatlah bahwa buah sudah mengandung gula. Untuk itu, minumlah air 2 liter setiap hari guna membantu metabolisme," pungkasnya.
Perlu diketahui bahwa gejala obesitas dan komplikasi dari obesitas di antaranya gangguan pernapasan (seperti sleep apnea/ henti napas ketika tidur, penyakit paru obstruktif kronis/ PPOK), tipe kanker tertentu (seperti kanker prostat dan usus pada pria, dan kanker payudara dan kanker rahim pada wanita), penyakit jantung koroner, depresi, diabetes, penyakit hepar atau kelenjar empedu, penyakit Refluks Gastroesofagus (GERD), tekanan darah tinggi, kolestrol tinggi, penyakit pada sendi (misal osteoartritis) karena tumpuan tubuh membawa berat badan yang berlebih dan stroke. (Moh Kholidun/Abdullah Alawi)