Subang, NU Online
Secara legal struktural, jantung pergerakan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Subang, Jawa Barat mulai berdetak sejak tahun 1937. Hal itu terbukti dengan ditemukannya dokumen sejarah berbentuk syahadah atau SK Pembentukan Pengurus Kring Djamijah Nahdlatoel Oelama Kring Krasak Cilamaya Cabang Purwakarta Subang yang dikeluarkan pada tahun 1937.
Dalam syahadah itu tercantum nama KH Abdoellah Faqih sebagai Ketua Tanfidziyah dan Madzkur sebagai Sekretarisnya. "Saat itu Purwakarta Subang masuk wilayah Keresidenan Karawang yang ibukotanya di Purwakarta," ungkap penulis buku Sejarah Perkembangan NU di Jawa Barat Budi Sujati dalam acara Bedah Buku yang digelar di Kantor PCNU Subang, Jalan Darmodiharjo No 4, Subang, Jawa Barat, Rabu (4/3).
Jadi lanjutnya, dalam Syahadah Cabang NU Purwakarta Subang tersebut tertulis Kring Krasak Cilamaya Karawang. Bahkan kata dia, majalah Al-Mawa`idz milik NU Tasikmalaya pada tanggal 13 Maret 1934 menurunkan berita yang menyebut bahwa ada dua orang utusan Cabang NU Purwakarta Subang yang ikut Kongres ke-10 NU di Surabaya.
Lebih lanjut Budi menambahkan, pada tahun 1951 PBNU melalui Konsul NU Jawa Barat mengeluarkan SK Pengurus Cabang NU Purwakarta yang di dalamnya tercatat beberapa nama di antaranya adalah KH Ahmad Qurtubi dari Pabuaran dan Iskandar dari Purwakarta, masing-masing menjadi rais dan ketua.
"Di awal kemerdekaan RI, wilayah Subang masuk dalam administrasi Purwakarta, jadi wajar kalau SK yang dikeluarkan oleh PBNU adalah NU Purwakarta Subang," tambahnya.
Di Purwakarta-Subang kata dia, ada hal yang menarik terkait kepengurusan NU, sebab dalam waktu yang bersamaan terdapat tiga Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), yaitu PCNU Purwakarta, PCNU Subang, dan PCNU Sukamandi.
"Dari arsip yang saya temukan, SK PCNU Purwakarta keluar pada tahun 1951, PCNU Sukamandi tahun 1953, dan PCNU Subang tahun 1957. Dengan demikian PCNU Purwakarta dan Sukamandi merupakan embrio dari PCNU Subang," tukasnya.
PCNU Purwakarta kata dia, mencakup wilayah administrasi Purwakarta dan Subang, sementara PCNU Sukamandi meliputi MWCNU yang ada di wilayah Subang pantura seperti kecamatan Ciasem, Purwadadi, Pabuaran, Ciasem, Pamanukan, Pusakanagara dan Binong.
"Untuk MWC yang ada di bawah PCNU Subang saat itu mencakup beberapa kecamatan di antaranya Subang, Kalijati, Pagaden, Segalaherang, dan Cisalak," tambahnya.
Dikatakan, menyikapi dualisme kepengurusan PCNU di Purwakarta Subang, PBNU sampai harus mengeluarkan surat usulan agar PCNU Subang dan PCNU Sukamandi melebur menjadi satu dalam wadah PCNU Subang, namun pihak PCNU Sukamandi menolak karena kontribusi cabang Sukamandi cukup besar dalam perolehan suara Partai NU di Kabupaten Subang.
"Alasannya cukup rasional, karena para tokoh NU di Subang mayoritas berasal dari pantura dan juga perolahan suara PCNU Sukamandi lebih banyak dibandingkan dengan suara yang diperoleh PCNU Subang, makanya PCNU Sukamandi menolak berfusi dengan PCNU Subang," bebernya.
Pada Pemilu 1955 suara yang diperoleh NU Cabang Sukamandi mengungguli Cabang Purwakarta dan Cabang Subang. Adapun perolehan Suara NU di Cabang Sukamandi untuk anggota DPR sebesar 14.529 suara, Cabang Subang 4.952 suara, dan cabang Purwakarta sebesar 8.274 suara.
Diakui Budi, masih banyak ruang yang perlu didiskusikan kembali dalam buku yang ia tulis dari hasil tesis tersebut. Karena penelitian yang ia lakukan dibatasi periodisasi sejak NU didirikan pada tahun 1926 sampai dengan tahun 1967. Terkait pembentukan PCNU Kabupaten Subang menurutnya ada kemungkinan terjadi di akhir dasawarsa 1960-an.
"Saya akui masih ada beberapa sumber yang masih harus dilacak keberadaannya, karena keterbatasan saya dalam menemukan sumber sehingga mungkin ada beberapa fase atau konten yang terlewat," pungkasnya.
Kontributor: Aiz Luthfi
Editor: Abdul Muiz