Pesan Habib Umar Muthohar ke Mahasiswa: Jadilah Solusi Problematika Umat!
Kamis, 9 September 2021 | 15:00 WIB
Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Habib Umar al-Muthohhar, menyampaikan bahwa Islam sebagai rahmat bagi semesta alam harus bisa memberi solusi bagi persoalan umat. Tak terkecuali mahasiswa sebagai kaum intelektual muda sudah sepatutnya menjadi problem solver (pengurai masalah) pelbagai problematika umat.
Demikian disampaikan Habib Umar saat menjadi narasumber Halaqah Diniyah bertema Meneguhkan Islam Rahmatan Lil Alamin di Perguruan Tinggi Menuju Generasi Emas Indonesia yang digelar secara luring dan daring oleh Universitas Islam Malang (Unisma), Kamis (9/9/2021) pagi.
“Analoginya, rahmah itu jika ada orang yang kehausan kita memberinya air. Ketika ada orang yang kelaparan kita memberi makan agar kenyang. Ketika ada orang yang ketakutan kita memberi keamanan. Ketika ada orang yang kebingungan kita memberi kemantapan,“ ungkap Pengasuh Pesantren Al-Madinah Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah itu.
Menurut Habib Umar, rahmatan lil alamin mengandung makna ajaran Nabi Muhammad saw saat diutus kepada umatnya. “Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat At-Taubah ayat 128 yang digambarkan bagaimana cara Nabi Muhammad menyelesaikan problematika umat,” tutur wakil Mudir Amm JATMAN periode 2018-2022 tersebut.
“Kalimat laqad ja’akum rasulun min anfusikum ‘azizun alaihi maa ‘anittum di sini menggambarkan bagaimana keprihatinan Nabi atas apa yang terjadi di tengah kaumnya. Sedangkan kalimat hariisun ‘alaikum bisa dimaknai bahwa Nabi mulai memetakan masalah dan ingin memberi solusi. Terakhir, sikap yang diambil dalam mengentaskan masalah dengan sikap raufun rahim, santun dan kasih sayang,“ terangnya.
Karena itu, lanjut dia, wujudkanlah rahmatan lil alamin dengan menebar kasih sayang, memberi solusi terhadap pelbagai persoalan umat dengan tanpa meninggalkan amar makruf nahi munkar dan juga tetap menerapkan akhlak baik.
Menerapkan rahmah
Habib Umar menambahkan, rahmah itu menampakkan kasih sayang. “Contoh dalam hal menyembelih hewan. Secara lahir, tampak tidak ada perlakuan kasih sayang. Namun, di sana justru tersimpan rahmah karena dalam penyembelihan diatur dengan anjuran Islam yang sangat istimewa,” tandasnya.
Artinya, lanjut Habib Umar, memang kehidupan mengandung dua sisi, tampak lembut dan tampak keras. Seperti asmaul husna. Allah memiliki sifat latifun, karimun, rahimun. Di sisi lain, Allah memiliki sifat qahhar, jabbar, muntaqim. Dua sisi yang kontradiktif. Namun, hakikatnya adalah rahmat kasih sayang Allah swt.
“Rahmah atau kasih sayang harus dilihat kebermanfaatannya secara komunal. Sebagaimana hukum qisas dalam Islam. Alasan seseorang yang membunuh harus diqisas karena untuk melindungi masyarakat lebih luas,” ujarnya.
“Orang yang pernah membunuh sekali biasanya berani membunuh untuk kedua kalinya. Oleh karena itu, dengan dibunuhnya sang pelaku kejahatan sesungguhnya sudah menempatkan kasih sayang secara komunal agar tidak menimbulkan keresahan lain,” sambung Habib Umar.
Oleh karena itu, Habib Umar mengajak para mahasiswa agar bersungguh-sungguh selama menjalani bangku perkuliahan. “Jika boleh digolongkan, kalian ini termasuk golongan dawuh Allah, wama yulaqqoha illa alladzina sabaruu wamaa yulaqqahaa illa dzu hadzin adzim,” tuturnya.
“Maksudnya, tidak akan bisa mencapai tingkat seperti yang Anda capai seperti ini kecuali orang yang menjalaninya dengan sabar. Sudah tentu, kalian merupakan orang-orang yang diberikan karunia yang besar,“ pungkas Habib Umar.
Kontributor: A Rachmi Fauziah
Editor: Musthofa Asrori