Pringsewu, NU Online
Sebanyak 40 pengasuh pesantren di Kabupaten Lampung Timur yang tergabung dalam forum Gowais melakukan safari sowan kepada sesepuh, ulama, dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Pulau Jawa. Rangkaian sowan ini dimulai sejak 23-27 September 2019.
Ulama yang disowani di antaranya KH Ahmad Muhtadi Dimyathi (Pengasuh Pesantren Raudlatul Ulum Cidahu Pandeglang, Banten), KH Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU), KH Musthofa Bisri (Mustasyar PBNU), KH Miftahul Achyar (Rais 'Aam PBNU), Habib Luthfi (Rais Aam Jami'yyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah), dan ulama pesantren di Jawa seperti Lirboyo dan Ploso.
Selain itu, Gowais juga melakukan ziarah ke makam para muassis Nahdlatul Ulama dan para ulama Nusantara di tanah Jawa.
Menurut Pengurus Gowais, Gus Hamdan In'ami yang merupakan Pengasuh Pesantren Miftahul Ulum Raman Utara, sowan tersebut merupakan upaya pihaknya menjalin silaturahim antara para putra pengasuh pesantren (Gus) sekaligus napak tilas perjuangan sesepuh.
“Kita juga berharap sowan ini mampu mengakomodir aspirasi teman-teman di daerah sebagai wujud kontribusi terhadap perjuangan NU di daerah kami,” katanya kepada NU Online, Rabu (25/9).
Hal ini sesuai dengan tujuan didirikannya Gowais yakni perkumpulan yang sudah aktif mengadakan pertemuam tiap bulan sekali untuk membahas perkembangan pesantren di Lampung Timur.
Menurut Gus Hamdan, berbagai arahan dan pesan diterima dari para masayikh yang disowani. Di antaranya dari Abuya Muhtadi yang mengingatkan jika pesantren harus mengajarkan minimal kitab Fathul Wahab, Al-Iqna' dan kitab Ihya Ulumuddin agar pesantren tetap menjadi benteng NKRI.
Sementara saat sowan ke Habib Luthfi pada Rabu (25/9), rombongan mendapat pesan jika NU ingin bertambah besar lagi maka para pengurus, tokoh, dan kiai harus turun langsung ke masyarakat.
“Semarakkan maulid, shalawat, dan amaliah-amaliah Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) dan kenalkan para generasi muda dengan NU sejak dini,” kata dia meneruskan pesan Habib Luthfi.
Habib Luthfi juga berpesan kepada para pengasuh pesantren untuk tidak menyebut kitab kuning dengan kitab kuning saja. Namun, dengan kutubussalaf asshalihun. Pasalnya, dengan menyebut kitab kuning, maka akan dimanfaatkan oleh mereka yang tidak suka dengan kitab salaf.
Sementara Ketua Umum PBNU berpesan kepada para pengasuh pesantren untuk terus meningkatkan kualitas pesantren menghadapi perubahan zaman saat ini.
“Pesan Kiai Said, pesantren, selain menjadi tempat kajian agama, juga harus melek teknologi. Jangan sampai ini (teknologi, red) dimanfaatkan oleh kelompok yang tidak suka dengan pesantren,” katanya.
Kiai Said juga menyampaikan selamat atas disahkannya RUU Pesantren dan berharap pesantren lebih bagus lagi termasuk sisi administrasi dan manajemennya.
Rombongan Gowais ini dipimpin oleh KH Dardiri Ahmad dan KH Imam Sibaweh Way Jepara. Pesantren yang ikut dalam safari sowan tersebut di antaranya Pesantren Darussalamah Braja Dewa, Pesantren Asyaroniyah Mataram Baru, Pesantren Miftahul Ulum Raman Utara, dan Pesantren Miftahul Ulum Bandar Agung.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori