Pesantren Cipulus Kembangkan Inovasi Pertanian Lewat Budidaya Melon Inthanon
Sabtu, 14 Mei 2022 | 20:00 WIB
Purwakarta, NU Online
Potensi sumber daya alam (SDA) yang cukup melimpah di kompleks Pesantren Al-Hikamussalafiyah, Cipulus, Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, sukses membuat para santrinya mengembangkan inovasi pertanian lewat budidaya Melon Inthanon atau Gold Emerald.
Awal mula ide budidaya melon tersebut dari kunjungan salah satu pengasuh Pesantren Cipulus, H Hadi M Musa Said, ke Pesantren Al-Ittifaq, Bandung, Jawa Barat.
“Ide ini muncul saat melihat Pesantren Al-Ittifaq sukses membudidayakan berbagai macam sayuran, termasuk melon inthanon ini,” kata Haji Abang, sapaan karibnya, saat ditemui NU Online di Green House Modern Pesantren Cipulus, Sabtu (14/5/2022).
Ia kemudian berinisiatif melakukan kerja sama dengan PP Al-Ittifaq dan Bank Indonesia untuk mengembangkan inovasi pertanian dengan membudidayakan melon inthanon di pesantrennya. Inisiatif itu muncul sebagai upaya menggerakkan dan mengembangkan perekonomian di lingkungan pesantren.
“Pesantren Cipulus bekerja sama dengan Pesantren Al Itiffaq dan Bank Indonesia melalui program pengembangan ekonomi pesantren,” ungkap Haji Abang.
Selain itu, inovasi pertanian di pesantren dapat dijadikan sebagai wadah pencetak para santri untuk bisa menjadi santripreneur. Sebab, dewasa ini santri bukan saja dituntut untuk pandai mengusai ilmu agama melainkan juga harus bisa memiliki keahlian di berbagai bidang, seperti pertanian.
“Selain untuk membangun kemandirian ekonomi pesantren. Tujuan utamanya adalah mencetak santripreneur, yakni santri yang melek ilmu agama juga punya keahlian di bidang teknologi pertanian,” terangnya.
Kini, para santri asuhannya itu berhasil mengembangkan budidaya melon jenis inthanon dengan menggunakan teknik green house modern. Mereka menanam melon pada lahan seluas kurang lebih 500 meter persegi.
“Dari luas lahan garapan yang ada, kira-kira sebanyak hampir 1000 pohon buah melon jenis Inathon sudah ditanam dengan menggunakan sistem green house,” beber pria yang kini aktif sebagai pengurus Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) itu.
Namun, lanjut dia, dari 1000 pohon yang ditanam hanya akan menghasilkan 850 buah yang berkategori bagus dan manis. “Melon ini memang unik. Selain terkenal manis dan berdaging gurih, dari satu pohon hanya bisa berbuah satu biji saja. itu untuk memaksimalkan kelezatan rasa,” paparnya.
Untuk harganya sendiri, kata Haji Abang, dijual seharga Rp 35 ribu rupiah hingga Rp 40 ribu rupiah per 1 kepala.
“Harganya cukup lumayan. Di pasaran dibanderol rata-rata Rp 35-40 ribu, tergantung masuk grade A atau B,” tuturnya.
Ia berharap, ke depan dapat mengembangkan budidaya melon tersebut dengan menambah luas lahan garapan untuk wahana pembelajaran para santri, dalam menunjang program kemandirian pesantren.
“Alhamdulillah saat ini pohon melon inthanon sudah mulai berbuah. Rencananya kalau yang ini sudah berhasil, kita akan menambah lagi luas lahan garapan budidaya melon ini,” pungkasnya.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori