Pamekasan, NU Online
Di bawah terik matahari pukul 10.00 aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Pamekasan, satu per satu menaiki pondasi monumen Arek Lancor di jantung kota Pamekasan Ahad (27/10). Mereka berpidato.
<>
Salah seorang aktivis, Mohammad Elman menegaskan, PMII miris kondisi pemuda hari ini. “Pemuda Indonesia, kini jauh dari cita-cita penegak kemerdekaan bangsa ini. Termasuk pemuda Madura sendiri. Tak sedikit yang masih terbelenggu oleh sifat menuhankan uang, pragmatis, dan karakter yang lebih mementingkan diri sendiri,” terang Ketua I PC PMII Pamekasan ini.
Dikatakan, orasi yang menjadi perhatian banyak pengendara tersebut, merupakan salah satu upaya untuk merajut kesadaran para pemuda. Kesadaran betapa pemuda saat ini harus bangkit kembali. Pemuda Madura harus beranjak dari zona nyaman.
“Jangan sampai, pesatnya teknologi dan informasi, menjadikan pemuda abai dalam belajar. Pemuda Madura yang sejauh ini belum begitu menjadi kiblat keilmuan dan kecakapan, bisa menunjukkan taringnya,” tekan Elman dengan wajah serius.
Pantauan NU Online, massa PMII tampaknya tidak peduli dengan sinar matahari yang terasa membakar kulit. Hingga azan Dhuhur berkumandang, mereka tetap mendengungkan sekaligus mengajak pemuda agar sadar dan bangkit untuk semangat membangun negeri ini.
“Salah satu langkah positif yang bisa dilakukan pemuda sekarang ialah memandirikan diri sendiri. Membikin dirinya hebat dengan ilmu pengetahuan serta kecakapan yang bersumber dari potensi dan bakatnya. Ketika sudah bisa mandiri dan sejahtera, maka baru ia bisa bicara dan melangkah untuk memandirikan serta menyejahterakan masyarakat,” ujar alumnus STAIN Pamekasan ini.
Menurutnya, pemuda saat ini, termasuk pemuda Madura, cenderung semangat melakukan kritik dan kontrol terhadap orang lain. Sedangkan dirinya terperangkap dalam keterpurukan.
Sudarsono, aktivis PMII lainnya, menyatakan betapa pemuda itu tidak boleh seperti lilin. “Jangan sampai ia menerangi sekelilingnya, tetapi dirinya sendiri terbakar. Jadilah matahari. Ia setia menebar sinar sepanjang waktu, hingga tiba nantinya akhir dari segala kehidupan ini,” tukasnya.
Refleksi Sumpah Pemuda PMII Pamekasan ini diikuti oleh kader yang tersebar di penjuru Kabupaten Pamekasan. Terdiri dari lima komisariat. “Hanya Komisariat STAI Al-Khairat yang tidak hadir. Sebab, saat ini sedang melangsungkan Mapaba (Masa Penerimaan Anggota Baru, red),” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, para aktivis pergerakan menghayati makna Sumpah Pemuda. Sempat disentil bahasa-bahasa presiden SBY yang seringkali dicampur dengan bahasa asing dalam pidato resminya. Disinggung pula betapa tanah air ini penuh dengan penindasan karena belum meratanya keadilan. (Hairul Anam/Abdullah Alawi)