Berbedarnya video viral mengenai orang tua atau wali santri yang mencaci maki kiai membuat Pengurus Cabang Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PC RMINU) Kabupaten Subang, Jawa Barat prihatin. Pasalnya, dalam video tersebut tampak perilaku oknum orang tua sudah jauh dari nilai-nilai akhlakul karimah.
“Kami sangat miris dan prihatin ketika melihat sosok yang mencaci-maki kiai. Untungnya, sosok kiai dalam video tersebut tidak terpancing dan menunjukkan akhlaknya yang mulia. Beliau cukup diam saja tidak meladeni,” ujar Sekretaris PC RMINU Subang, Ust Cucu Sulaeman di Subang, Kamis (5/3).
Sebagai orang tua, lanjut dia, harusnya pria dalam video tersebut bisa berbicara dengan cara yang sopan dan baik. Sebab, semua permasalahan akan sulit menemukan jalan keluar ketika dihadapi dengan suasana emosi yang tidak stabil.
“Harusnya jangan berbicara ketika marah, dan jangan marah ketika sedang bicara. Sebab, hal itu tidak akan menemukan solusi. Bahkan, bisa berujung pada penyesalan,” tambahnya.
Dikatakannya, dalam salah satu adegan video terlihat sekilas sebuah mobil mewah dengan plat nomor merah yang menunjukan bahwa bisa jadi pelaku adalah salah satu pejabat pemerintahan di daerah tersebut.
“Lebih memprihatinkan lagi jika memang pelaku dalam video tersebut adalah pejabat negara. Sebab, sebagai pejabat dan abdi negara harus bisa memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Tapi, ini malah sebaliknya,”ujar Cucu menyesalkan.
Kepada pelaku, sambung dia, disarankan agar segera meminta maaf kepada kiai dan pihak pesantren. Karena, perlakuan tersebut sangat menyakiti hati para pencinta ulama dan pesantren. Jika tidak segera meminta maaf dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Pelaku harus segera minta maaf. Kalau tidak, nanti bisa jadi kualat. Saya yakin, sosok kiai tersebut pasti memaafkan,”tandasnya.
Diharapkan Cucu, para orang tua atau wali santri di manapun berada bisa menghormati kiai sekaligus menghargai setiap kebijakan yang berlaku di pesantren. Karena, setiap peraturan yang dikeluarkan oleh pesantren sejatinya untuk kebaikan para santri itu sendiri.
Kontributor: Aiz Luthfi
Editor: Musthofa Asrori