Saat Paguyuban Pemijat Tunanetra di Malang Merayakan Maulid Nabi
Selasa, 25 Oktober 2022 | 11:00 WIB
Wakil Wali Kota Malang bersama KH Noor Shodiq Askandar dan pemijat tunanetra usai acara Maulid, Senin (24/10/2022). (Foto: NUO/Istimewa)
Malang, NU Online
Berada di bulan Rabiul Awal atau Maulid dimanfaatkan umat Islam di Tanah Air dengan beragam kegiatan. Salah satunya seperti yang dilakukan paguyuban pemijat tunanetra atau lebih dikenal dengan Pamitra di Kota Malang, Jawa Timur.
Mereka menggelar kegiatan Maulid Nabi yang dipusatkan di gedung balai RW 007 Kelurahan Lesanpuro, Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur, Senin (24/10/2022). Suasana tidak sekadar khidmat, juga mengundang haru bagi peserta yang berkesempatan hadir.
Acara dibuka dengan penampilan tim hadrah Toriqul Jannah. Hal yang istimewa, seluruh tim adalah anggota dari Pamitra. Dengan demikian, pemandangan ini memberikan gambaran bahwa kalangan tunanetra yang menekuni profesi sebagai tukang pijat juga memiliki kemampuan hadrah. Kekurangan fisik yang dimiliki semala ini tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk berkreasi, utamanya dalam memeriahkan maulid Nabi Muhammad saw.
Tidak kurang Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko turut hadir dan tentu saja terharu dengan kebolehan yang dimiliki tim hadrah. Karenanya, secara khusus akan terus memberikan dukungan atas upaya kreasi mereka.
"Saya menyambut baik acara ini dan mendukung setiap acara pamitra," katanya saat sambutan.
Sedangkan KH Noor Shodiq Askandar yang didaulat sebagai penceramah menyampaikan bahwa ada beberapa poin penting yang perlu diketahui dari peringatan maulid Nabi.
"Yang perlu ditekankan dari peringatan maulid adalah bahwa ada sosok Nabi Muhammad saw yang harus dijadikan sebagai teladan bagi manusia, khususnya umat Islam," kata inisiator Rumah Sedekah Nahdlatul Ulama ini.
Dijelaskan pula bahwa umat Muslim harus menjadi penerus perjuangan Nabi Muhammad saw dengan cara menghidupkan atau melestarikan amalan yang telah dilakukannya. Satu yang juga penting adalah berupaya menjadi insan terbaik sesuai kemampuan masing-masing yakni membantu kalangan lain yang membutuhkan.
"Jadilah manusia yang khairunnas anfauhum linnas, yaitu yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia lain," tutur Gus Shodiq.
Setelah mauidlah, acara kembali dilanjutkan dengan shalawatan diiringi grup shalawat Pamitra Toriqul Jannah. Mereka terlihat tanpa canggung menampilkan kemampuan dan seolah ingin menunjukkan bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang dalam berkreasi. Apalagi keahlian yang dimiliki adalah membaca shalawat, tentu saja hal ini menjadi nilai lebih grup Pamitra ini.
"Alhamdulillah, acara sangat berkesan karena digelar Pamitra yang merupakan paguyuban tuna netra tetapi tetap semangat menggelar maulid Nabi," kata Muhammad Agung Wijayanto, salah satu peserta.
Kontributor: Syaifullah Ibnu Nawawi
Editor: Kendi Setiawan