Jayapura, NU Online
Dalam rangka menyemarakkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Republik Indonesia, PCNU Jayapura, Papua menyelenggarakan lomba menyanyikan mars NU, Ya Ahlal Wathon, Sabtu (17/8). Lomba yang digelar di Pondok Pesantren Al-Kautsar, Distrik Sentani Kabupaten Jayapura tersebut diikuti oleh 13 group. Setiap group maksimal beranggotakan 8 personel. Mereka berasal dari Muslimat NU, Fatayat, Ansor dan sebagainya di Kabupaten Jayapura.
Menurut Ketua PCNU Jayapura, Ustadz Zaenuri Thoha, lomba tersebut dimaksudkan untuk mensosialisasikan mars Ya Ahlal Wathon di tengah-tengah masyarakat. Sebab lagu tersebut mengandung semangat untuk membela tanah air. Bahkan disebutkan mencintai tanah air adalah sebagian dari iman. Tidak hanya itu, lagu itu juga menunjukkan kekuatan NU dengan berjanji akan ‘membinasakan’ siapapun yang coba-coba mengancam NKRI.
“Di situ ada semangat yang sangat heroik untuk membela NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Sehigga perlu disosialisasikan guna membangkitkan semangat generasi muda untuk mencintai dan membela taah air,” tukasnya sebagaimana rilis yang diterima NU Online, Ahad (18/8).
Dikatakannya, mars karya KH Wahab Hasbullah itu sangat pas digaungkan di tengah ancaman pelemahan Pancasila melalui progpanda kelompok radikal. Saat ini, katanya, kelompok radikal terus berusaha untuk mengerdilkan semangat masyarakat dalam membela NKRI. Targetnya adalah generasi muda kelak tak mempuyai kepedulian lagi kepada bangsanya, sehingga dengan demikian agenda khilafah pelan-pelan bisa masuk.
“Mereka terus menyerang NKRI. Indonesia disebut negara kafirlah, negara tak bersyariatlah dan sebagainya. Bahkan propaganda mereka menyebut Indonesia akan aman, damai dan bebas dari korupsi jika dijadikan negara khilafah. Itu tidak benar,” urainya.
Ustadz Zaenuri mengaku bersyukur lagu Ya Ahlal Wathon dipopulerkan belakangan ini, dan kerap kali menggema di acara-acara NU. Mereka sambil berdiri dengan mengepalkan tangan, lagu Ya Ahlal Wathon dikumandangkan dengan gagah. Namun menggema saja tidak cukup. Sebab perlu penghayatan agar isinya bisa dicerna oleh masyarakat.
“Penjelasan isinya juga penting walaupun mungkin sudah banyak yang tahu,” pungkasnya.
Lomba yang berlangsung satu hari itu akhirnya dimenangkan oleh group dari Al-Kautar Sentani. (Aryudi AR)