Pati, NU Online
Setelah Lebaran Idul Fitri dan Lebaran Ketupat, di berbagai daerah di Kabupaten Pati biasanya digelar tradisi yang rutin dan turun temurun. Tradisi ini disebut sedekah laut atau sedekah bumi, yakni tradisi untuk mbancaki laut atau bumi dan wujud rasa syukur warga setempat atas nikmat yang diberikan Allah.
Kepala Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Pati Jawa Tengah, Sugito mengatakan tradisi sedekah laut digelar rutin tiap tahun setelah Lebaran Ketupat. Di Desa Bajomulyo acara sedekah laut akan digelar pada Ahad Pon (21/4/2024).
“Desa Bendar mengadakan sendiri, Desa Bajo mengadakan sendiri. Acara dipusatkan di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) unit 2 Bajomulyo,” ujarnya kepada NU Online pada Jumat (19/4/2024).
Pada prosesi sedekah laut, nantinya sesaji dibawa ke laut oleh rombongan warga, tokoh agama dan pemerintah dari TPI unit 2 Bajo. Kemudian akan dilarung ke laut tentunya setelah didoakan oleh tokoh agama Islam atau kiai.
“Sesaji dilarung oleh Pak Bupati dari TPI unit 2 Bajo dengan membawa perahu kemudian dilarung ke laut dan didoakan oleh Mbah Kiai kita. Kita memohon keberkahan dan rezeki dari Allah Ta’ala,” jelasnya.
Bukan persembahan untuk dewa
Sugito menjelaskan secara berhati-hati terkait prosesi larung sesaji ke ke laut. Sedekah laut bukan berarti para warga memberikan sesaji yang dipersembahkan untuk Dewa Laut. Sedekah laut sebagai manifestasi warga yakni syukur kepada Allah karena telah dilimpahkan rezeki dan nikmat-nikmat yang lainnya.
“Sedekah laut yang diadakan nantinya, sebagai rasa syukur nelayan dan para pelaku usaha perikanan karena telah diberi rezeki yang halal, keselamatan dan keluarga yang harmonis,” tuturnya.
Ia juga menjelasakan sejarah sedekah laut yang telah menjadi tradisi di Juwana khsusunya di Desa Bajomulyo. Ia mengaku sejak ia lahir dan kecil, tradisi ini sudah ada. Menurutnya, tradisi ini sudah ada sejak zaman Hindu Budha, bedanya saat ini tradisi sedekah laut tersebut bernafaskan Islam.
"Sejak kami lahir sudah ada, Mas. Karena ini daerah dekat sungai dan laut, Sebagian penduduknya bekerja sebagai nelayan. Kemungkinan pada zaman Hindu Budha sudah ada tradisi ini. Cuma saja setelah Islam masuk, tradisi ini bernafaskan nilai-nilai Islam,” papar Sugito.
Lebih lanjut, ia memaparkan, sumber dana dari kegiatan sedekah laut berasal dari pemilik kapal, penjual ikan, pelaku usaha pemindangan dan toko-toko yang berhubungan perikanan yang berada di Desa Bajomulyo. Dana ini merupakan iuaran suka rela dari pihak-pihak di atas yang akan dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat hiburan (tontanan) dan pengajian (tuntunan).
“Yang punya kapal, penjual ikan, pelaku usaha pemindangan dan toko-toko yang berhubungan dengan perikanan kami tarik. Dibentuk panitia, kemudian setelah dapat uang kami tasarufkan untuk selamatan, tuntunan, tontonan, selain itu juga ada santunan untuk anak-anak yatim piatu,” pungkas Sugito.
Sedekah laut ini mengundang animo masyarakat untuk berdatangan ke Desa Bajomulyo Juwana. Diperkirakan lebih dari 10 ribu orang akan meramaikannya. Ini mengaca pada tahun kemarin yang dihadiri secara silih berganti lebih dari 10 ribu warga.
Berikut jadwal kegiatan sedekah laut di Desa Bajomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati:
- Lomba-lomba antarinstansi
- Manaqib atau tasyakuran serta malam tirakatan pada Sabtu Pahing (20/4/2024)
- Larung seasaji, hiburan kesenian dangdut lokal Juwana dan kesenian ketoprak lokal Juwana pada Ahad Pon (21/4/2024)
- Kesenian dangdut New Palapa dari Jawa Timur pada Sabtu Wage (27/4/2024)
- Nelayan Juwana Bershalawat bersama Az-Zahir dan Habib Ali Zainal Abidin dari Pekalongan pada Senin Legi (29/4/2024).