Songsong 2023, LAZIS Masjid Sabilillah Malang Kuatkan Digital Marketing
Ahad, 4 September 2022 | 12:00 WIB
Malang, NU Online
Tahun 2023 masih tiga bulan lagi. Tim IT dan Media LAZIS Sabilillah, Malang, sudah mulai menyiapkan program untuk tahun depan. Mereka melakukan focus group discussion (FGD) bersama Ketua Yayasan Sabilillah bidang Sosial Kemasyarakatan M Mas'ud Said di Government Learning Centre Malang. Mereka membahas rancangan dengan analisis SWOT.
Mas'ud yang juga ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jatim memberi arahan dan berharap agar tim IT ini bisa berkolaborasi dengan media nasional untuk menguatkan branding dan pemasaran.
“Saya yakin bahwa anak-anak muda Sabilillah yang tergabung dalam tim IT akan menjadi game changer, di mana cita-cita para pendiri Sabilillah agar Masjid Besar ini bukan hanya pusat peribadatan tapi menjadi pusat peradaban seperti yang dikatakan almaghfurlah KH M Tolchah Hasan bisa terwujud,” ujar Prof Mas'ud, Sabtu (3/9/2022) sore.
Tim IT dan Media Lazis Sabilillah Malang terdiri dari Yosman Ardiansyah, Muhamad Fadlurrahman, Malik Handika, Mahdi Romzuz Zaki, Egi Dwi Kusuma, dan Galang Al Fahreza. FGD dibuka oleh Ust M Soleh, sekretaris Lazis Sabilillah Malang serta dihadiri oleh Solihin Bahari Alkatiri, sebagai ahli broadcasting.
Tim IT memandang bahwa untuk survive dan memenangkan persaingan dakwah serta menguatkan branding dan marketing butuh produk-produk digital yang layak. Demikian pula peran media sosial LAZIS Sabilillah Malang yakni Instagram, Fanspage Facebook, YouTube, TikTok, Telegram Channel, WhatsApp blast, serta website dan media cetak majalah Sabilillah yang didistribusikan kepada para donatur dan khalayak setiap bulan 2000 eksemplar, disebarkan secara kontinu sejak 2006.
Sebagai masjid kebanggaan Jawa Timur, Sabilillah pantas memiliki tim IT yang kuat, modern, dan efektif. Kepercayaan masyarakat sudah tertanam sejak lama karena program-program LAZIS sangat bermanfaat kepada masyarakat dan dirasakan keluarga binaan, anak-anak binaan, TPQ binaan, musala binaan, Madrasah Qur’an Sabilillah.
Masjid percontohan
Sebagaimana diketahui, Masjid Sabilillah Malang adalah masjid besar di Jawa Timur yang mendapat anugerah sebagai masjid percontohan paripurna nasional oleh Kementerian Agama tahun 2016 dan kembali menjadi masjid terbaik nasional versi Dewan Masjid Indonesia.
Masjid yang berdiri megah di jantung Kota Malang ini didirikan selain untuk beribadah bagi umat Islam juga sebagai prasasti dari laskar Sabilillah, yakni pejuang kemerdekaan dari para pemuda dan santri pimpinan KH Masykur.
Selain kemegahannya, masjid yang berada di kawasan Blimbing itu juga banyak dikenal lantaran menyimpan banyak nilai sejarah. Bahkan, sederet bangunannya pun menyimpan makna tersendiri. Jumlah pilar, tinggi bangunan, hingga luas bangunannya pun masih berkaitan erat dengan hari kemerdekaan Indonesia.
Prof Mas'ud menyampaikan, di seluruh area masjid terdapat 17 pilar yang melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia, yakni 17 Agustus. Selanjutnya lantai sampai atap memiliki ketinggian delapan meter yang menunjukkan bulan kemerdekaan Indonesia.
“Lebar masjid dan tinggi menara yang 45 meter ini melambangkan tahun perjuangan bangsa Indonesia, yakni 1945,” ungkap Prof Mas'ud yang juga Direktur Pascasarjana Unisma Malang itu.
Ia juga menyampaikan bahwa antara pilar yang satu dengan lainnya di dalam masjid berjarak lima meter. Hal itu memiliki makna Pancasila dan rukun Islam yang jumlah masing-masing adalah lima. Sementara segi enam pada bangunan menara melambangkan rukun lman pada agama Islam.
“Garis tengah bangunan kubah yang panjangnya 20 meter melambangkan sifat-sifat Tuhan yang dua puluh,” tambah Mas'ud.
Dia juga menyampaikan, pembangunan Masjid Raya Sabilillah merupakan upaya untuk mengenang jasa ulama Islam yang berjiwa patriotik. Selain dimaksudkan sebagai rumah ibadah, Masjid Sabilillah dimaksudkan sebagai monumen perjuangan.
“Para ulama yang tergabung dalam barisan Sabilillah pernah berjasa dalam sejarah perjuangan bangsa. Jadi, untuk meneladani semangat perjuangan ulama dalam membela agama,” pungkasnya.
Kontributor: Imam Kusnin Ahmad
Editor: Musthofa Asror