Songsong Ajaran Baru, RMI Subang Ajak Pelajar Mondok Sambil Sekolah
Rabu, 2 Juni 2021 | 02:00 WIB
Subang, NU Online
Sampai hari ini belum ada pihak yang berani memastikan kapan pandemi covid-19 berakhir. Ketidakpastian ini memberi dampak di berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk pendidikan, dalam hal ini adalah sekolah.
"Pandemi sudah melewati haul, artinya sekolah ditutup sudah lebih dari satu tahun, banyak keluhan tentang pola pendidikan di era pandemi," kata Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Subang, Jawa Barat, KH Adam Misbahudin Firdaus kepada NU Online di kediamannya, Selasa (1/6).
Para orang tua, kata Kiai Adam, tidak sedikit yang mengeluh karena anak-anaknya setiap hari hanya bermain HP dengan alasan sedang melaksanakan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dan mengerjakan tugas dari guru.
"Ada juga yang mengeluh tugas yang diberikan ke anak terlalu banyak, begadang, kuota cepat habis, sekolah ditutup tapi pasar, mall, tempat wisata malah dibuka, udah macam-macam bicaranya," terang Pengasuh Pesantren Al-Multazam ini.
Ditambahkannya, para guru juga tidak sedikit yang mengeluh terhadap pola pendidikan PJJ karena mereka tidak bisa maksimal dalam memantau dan memperhatikan perkembangan para pelajar.
"Belajar lewat HP ‘kan hanya transfer ilmu saja, tidak bisa menjangkau pada aspek akhlak, spiritualitas dan sebagainya. Selain itu gedung sekolah, jika tidak ada kehidupan bisa cepat rapuh," imbuhnya.
Pembelajaran online juga membuat para pelajar merasa terasing dengan lingkungan sekolahnya, padahal mereka adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan pergaulan dengan orang-orang seusianya.
"Mereka mungkin tidak kenal dengan teman sekelasnya karena baru bertemu beberapa kali atau bahkan mungkin belum pernah bertemu sama sekali," tambahnya.
Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan di Era Pandemi
Menurut Kiai Adam, pesantren menjadi jawaban atas kegelisahan sebagaimana telah diungkapkan orang tua, guru dan pelajar. Pasalnya ketika sekolah ditutup karena pandemi, pesantren mampu bertahan menjalankan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya, tentu saja dengan menjalankan protokol kesehatan.
"Pencegahan dan risiko penularan virus sangat minim karena santri tidak kemana-mana, hidupnya di dalam pesantren saja," tukasnya.
Selanjutnya, kata dia, para santri juga sudah terbiasa dengan disiplin dan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan pondok sehingga dalam penerapan protokol kesehatan di pesantren cenderung lebih mudah dilakukan.
“Untuk itu, dalam suasana menjelang datangnya tahun ajaran baru sekolah, kami mengajak kepada para pelajar untuk mondok,” imbaunya.
Kiai Adam juga meminta agar para orang tua mendorong anak-anaknya untuk masuk pesantren supaya kelak mereka bisa belajar mandiri dan punya bekal ilmu agama. Selain itu, orang tua juga bisa lebih tenang dan leluasa dalam bekerja.
“Kalau anak di pondok sudah jadi tanggung jawab pengelola pesantren jadi orang tua bisa fokus dalam bekerja,” jelasnya.
Lebih lanjut Kiai Adam berpesan kepada para orang tua yang akan memasukan anaknya ke pondok supaya ikhlash dan sabar berpisah untuk sementara waktu karena perpisahan tersebut tentu akan membawa manfaat di masa yang akan datang.
“Jadi, bulan Juli besok, #AyoMondok,” pungkasnya.
Kontributor: Aiz Luthfi
Editor: Aryudi A Razaq