Adanya pengurus NU yang memiliki ‘syahwat politik’ dan terlalu menggebu dalam penyikapan politik praktis terjadi akibat pemahaman Khittah NU 26 yang masih sebagai lips service belaka.
“Bila dibiarkan terus, bisa terjadi ketimpangan dalam memanaje organisasi NU,” ungkap tokoh Muda NU Brebes yang juga Anggota FKB DPRD Kabupaten Brebes H Imron Adami Adjie kepada NU Online di Gedung Dewan Senin (7/7).<>
Untuk itu, kata Imron, saat Konferwil NU Jateng 11-13 Juli nanti dalam pemilihan pengurus haruslah terdiri dari orang-orang yang tawadlu dan professional demi tegaknya khittah.
Dirinya tidak mau menunjuk siapa yang pantas memimpin NU Jateng periode 2009-2014 itu, sebab bukan wewenangnya memberi penilaian. “Cabang-cabang NU lah yang punya hak suara dan menentukan NU kedepan,” tukas Imron yang juga Ketua Paguyuban Keluarga Berencana Nasional (PKBI) Kab. Brebes itu.
Diakui Imron, kecenderungan angkatan Muda yang menginginkan perubahan dalam tubuh pengurus seyogyanya diakomodir. Hal tersebut penting dilakukan untuk mencapai keseimbangan tadi.
“Sikap politik antara Kyai dan Santrinya kan berbeda, jadi kedua-duanya harus duduk dalam satu deretan kursi kepengurusan,” tuturnya lagi.
Harapan Imron, Konferwil NU nanti setidaknya jangan hanya mengantarkan program yang berfokus pada diniyah saja. Tapi, karena masyarakat kita (Nahdliyin) banyak juga yang jadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Maka isyu soal TKW dan TKI harus menjadi program prioritas. “Selain itu bidang pertanian, perdagangan, kesejahteraan umat perlu mendapat sentuhan nyata,” tuturnya lagi.
Sebagai Warga Brebes, Imron merasa bangga daerahnya menjadi tuan rumah penyelenggaraan event besar. “Kami merespon positif dan Pemda pun saya lihat turut mengayubagyo,” pungkasnya. (was)