Tembakau Prancak Madura Menjanjikan Keuntungan kepada Petani karena Kualitasnya
Jumat, 19 Mei 2023 | 07:00 WIB
Petani di Madura sedang menyiram tanaman tembakau di lahannya, Kamis (18/5/2023). (Foto: NU Online/Firdausi)
Sumenep, NU Online
Syahirul Alim, salah seorang petani tembakau asal Desa Prancak, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur menegaskan, bercocok tanam 'daun emas' memberikan keuntungan pada perekonomian masyarakat di pedesaan.
Ia mengatakan, 90 persen mata pencaharian masyarakat petani di wilayahnya adalah tembakau di musim kemarau. Karena tembakau menjadi primadona bagi masyarakat meski harganya tidak berpihak pada petani. Semua itu bermuara pada kecenderungan selera perokok dewasa yang dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola konsumsinya.
"Siapa yang tak kenal dengan tembakau Prancak. Harga tembakau di daerah pegunungan ini lebih mahal daripada daun tembakau yang ada di daerah atau desa lainnya. Jika Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan tentang tembakau disamakan dengan Narkotika, maka akan membunuh mata pencaharian masyarakat petani," ungkapnya pada NU Online, Kamis (18/05/2023).
Ia menyatakan, tak sedikit warga yang mendapat keuntungan dalam bercocok tanam tembakau, hasilnya dimanfaatkan untuk aneka kebutuhan. Misalnya, dijadikan modal awal untuk bertani padi dan jagung di musim penghujan.
Sebagian warga yang lain memprioritaskan membangun atau merenovasi rumah dan melaksanakan ibadah haji atau umrah. Ada pula yang hasilnya digunakan untuk memondokkan anaknya ke pesantren, menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan dan menguliahkan anaknya ke perguruan tinggi.
Selain itu, diinvestasikan melalui ternak sapi atau kambing, perhiasan, membeli perangkat kebutuhan rumah tangga, seperti televisi, telepon, kendaraan bermotor, alat-alat dapur, lemari, dan sebagainya.
"Ada juga yang disimpan di bank atau celengan. Hal itu dilakukan agar bisa digunakan saat mendesak, seperti acara pernikahan, dan hajatan lainnya. Bagi yang punya hutang, hasil dari penjualan digunakan untuk menutupi atau melunasi setelah panen tembakau," ujarnya.
Kualitas tembakau Prancak
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk itu menegaskan, tembakau Prancak sejak dulu terkenal dengan kualitasnya. Hal itu didukung dengan kondisi geografisnya yang terletak di daerah pegunungan, tekstur tanah yang subur, aromanya halus dan tidak nyengrak. Inilah yang menjadi alasan pabrik rokok ternama memburu tembakau Prancak.
Ia menjelaskan, jenis tembakau Prancak mengalami pemurnian. Kemudian muncullah sejumlah kategori tembakau, yakni Prancak N-1, Prancak N-2 dan Prancak 95. Inilah yang menjadi pembeda yang sangat signifikan dengan tembakau lainnya.
Diceritakan, ada beberapa Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) dan Balai Penelitian Alih Teknologi Pertanian (BPATP) yang menganjurkan menggunakan variates Prancak-95 (jepon keni') dan Prancak N-2 (jepon raja) sebagai pemenuhan industri rokok.
"Ternyata bibit Prancak-95 telah diuji coba atau melakukan penanam di Cina untuk diproduksi. Bayangkan, saking bagusnya kualitas di Prancak, orang Cina menanam tembakau. Hanya saja mereka gagal karena aromanya tidak sama. Mungkin beda tekstur tanah yang menyebabkan kualitasnya tidak sempurna," curahnya.
Diketahui, tembakau Prancak N-2 merupakan varietas baru hasil persilangan antara tembakau Prancak-95 dengan tembakau oriental (izmir). Tembakau oriental jenis ini dikenal sebagai tembakau aromatik, dan menjadi standar mutu tembakau oriental klasik di Turki.
"Kecenderungan aromatik inilah yang lazim disukai masyarakat. Harumnya sangat khas, gurih, dan manis. Satu hal yang yang menjadi ciri khasnya ada di rokok kretek. Baik yang berfilter maupun kretek mild yang memiliki karakter oriental nuts. Berbeda dengan rokok putih (noncengkeh) yang memiliki karakter burley nuts," urainya.
Modal bertani tembakau
Syahirul Alim menyatakan, modal awal bertani tembakau tidak sama dengan petani yang ada di dataran rendah. Karena di daerah pegunungan cukup kesulitan di bidang perairan. Kesamaannya adalah sistem gotong royong tetap dipertahankan di pedesaan.
"Jika modelnya menggunakan jasa orang lain, misalnya sewa jasa bajak sawah, pencangkulan, penanaman, panen, pengeringan, dan penyortiran, maka membutuhkan modal yang banyak," terangnya.
Saat panen, lanjutnya, ada 3 tahap yang lumrah yang dilalui petani. Paling murah dihargai 35.000 untuk daun di bagian bawah, 45.000 untuk daun di bagian tengah, dan 50.000 untuk daun di bagian atas.
Pria yang diamanahi sebagai Sekretaris Pengurus Cabang (PC) Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Sumenep ini mengutarakan, jikalau cuaca mendukung, maka akan memberi keberuntungan pada petani. Harganya 60.000 per kilogram. Bagi tembakau yang super, harganya bisa sampai ratusan dan jutaan rupiah.
"Misalnya, jika modal awal 10 juta, saat untung mereka memperoleh 15 juta. Jika kondisi cuaca mendukung, otomatis harganya akan naik drastis. Bisa jadi lebih dari 15 juta. Meskipun cuaca buruk, rata-rata terjual semua dengan harga 60.000 per kilo," ungkapnya.
Syahirul Alim menegaskan, kendati cuaca tak mendukung, optimisme yang tinggi terbangun atas keyakinan bahwa keberhasilan suatu usaha tidaklah ditentukan oleh usaha manusia semata, melainkan karena Allah.
Bagi masyarakat Madura, Allahlah sumber kekuatan. Selama warga memiliki niat dan berusaha menjalankan kewajibannya dengan baik, kegagalan atau kerugian tidak akan terjadi.
"Inilah wajah petani Madura yang menunjukkan pada khalayak bahwa kewajiban yang diberikan Allah kepada hamba-Nya pasti berada dalam lingkup kemampuan manusia," tandasnya.
Kontributor: Firdausi
Editor: Syamsul Arifin