Piagam juara dua untuk tim SMA Jember dalam ajang LKTIN ELCCO Nasional. (Foto: NU Online/Aryudi AR).
Jember, NU Online
Persediaan energi bahan bakar di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Bahkan berdasarkan data dari Kementerian ESDM 2019 bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia hanya berkisar 3,77 miliar barel. Jumlah tersebut diperkirakan akan habis dalam 9 tahun ke depan. Pada saatnya nanti energi fosil hanya tinggal kenangan.
Oleh karena itu, mencari sumber energi lain adalah satu keniscayaan. Pemerintah terus mengupayakan pengganti energi fosil, yaitu energi terbarukan. Berbagai upaya dan penelitian terus dilakukan untuk mencari sumber energi alternatif itu.
Salah satu penelitian yang patut dijadikan referensi adalah karya Tegar Ramadani, Deli Annisa Virca, dan M. Nidhor Fairuza berjudul Tipotaku: Studi Ekperimental Kombinasi Limbah Batang Tembakau, Kulit Kakao dan Ampas Tebu dalam Pembuatan Bioetanol Menuju Indonesia Mandiri Energi.
Karya santri Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember ini, terpilih sebagai juara dua dalam ajang LKTIN ELCCO Nasional yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Udayana Bali akhir Maret 2021.
Menurut Tegar, gagasan untuk menciptakan energi terbarukan muncul karena kekhawatirannya yang mendalam atas cadangan minyak bumi Indonesia yang semakin menipis. Ia mengaku cukup gelisah saat membayangkan Indonesia kelak kehabisan sumber minyak bumi, sementara kehidupan terus berjalan yang berarti membutuhkan bahan bakar.
“Maka ada dua pilihan, pertama, mengimpor bahan bakar, tapi ini sulit karena membutuhkan banyak biaya. Kedua, mencari sumber energi terbarukan dalam negeri, dan ini sangat memungkinkan,” ucapnya kepada NU Online di Pesantren Nuris, Jember di sela-sela sekolah, Senin (14/5).
Ia menegaskan, sumber energi terbarukan cukup banyak di Indonesia namun butuh penanganan dan pengelolaan yang maksimal. Katanya, di Jember dan wilayah tapal kuda, cukup banyak limbah pertanian yang bisa dijadikan sumber energi terbarukan. Di antaranya adalah tembakau, kakao dan tebu.
“Ketiga tanaman tersebut cukup banyak di sekitar kita,” tambahnya.
Siswa kelas XII IPA 1 SMA Nuris Jember itu menambahkan bahwa tanaman tembakau di Jember sampai saat ini masih banyak meski sudah berkurang. Tembakau hanya diambil (digunakan) daunnya oleh petani, sedangkan batangnya dibuang, dan jadi limbah yang tentu mencemari lingkungan.
Padahal, lanjut Tegar, batang tembakau mengandung selulosa yang cukup tinggi, yakni mencapai 44 persen dari keseluruhan bagian tanaman tembakau. Ketersediaan kandungan selulosa yang terdapat dalam batang tembakau berpotensi digunakan untuk bahan baku pembuat bioetanol sebagai solusi pengganti bahan bakar fosil.
“Itu yang pertama, dan masih harus dicampur dengan selulosa yang terdapat dalam kulit kakao,” jelasnya.
Tegar menjelaskan bahwa limbah kulit kakao mengandung selulosa sebesar 63-64 persen, dan ampas tebu sebesar 35,01 persen. Jika ketiga selulosa itu dicampur dengan cara dan teknik tertentu, akan menghasilkan bioetanol yang cukup bagus.
“Karena bahan bakunya dari tiga tanaman, maka kami beri nama produk tersebut: Tipotaku (Triple Power of Tapal Kuda),” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin