Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Rais Syuriyah PCNU Jember, Jawa Timur KH Muhyiddin Abdusshomad mengatakan bahwa KH Achmad Siddiq merupakan sosok ulama yang harus dicontoh khususnya dari sikap dan keilmuannya. Kiai Muhyid pun mengisahkan kelembutan Kiai Achmad Siddiq saat menyikapi suatu masalah.
Saat orde baru berkuasa, seorang kiai ditahan di Lapas Jember karena persoalan politik. Masyarakat pun marah. Maka sejumlah kiai dan tokoh masyarakat mengadu kepada Kiai Achmad Siddiq, bahkan mereka mengajak dia untuk bersama-sama mendatangi Lapas guna memaksa petugas agar mengeluarkan kiai yang ditahan itu dengan cara apapun, bahkan kalau diperlukan, menjebol tembok penjara juga tak apa.
Namun cara tersebut tidak dikehendaki oleh Kiai Achmad Siddiq. Bukan karena tidak berani atau tidak mau membebaskan kiai tersebut dari penjara, namun karena berpegang kepada prinsip bahwa sesuatu yang baik harus dicapai dengan cara yang baik pula.
“Kiai Achmad hanya berpesan kepada orang yang mengajaknya untuk tidak menjebol penjara: ‘bilang saja kepada kepada Kapolres, Dandim dan Kepala Lapas bahwa saya yang akan menggantikan kiai itu di Lapas’,” terang Kiai Muhyid.
Para tokoh masyarakat pun tidak jadi ‘unjuk rasa’ di Lapas, tapi pesan Kiai Achmad Siddiq sampai ke telinga pihak-pihak yang punya kuasa waktu itu. Dan akhirnya kiai yang ditahan dilepas oleh pihak Lapas.
“Maksud saya, cara-cara lembut yang ditempuh Kiai Achmad Siddiq dalam menangani masalah, patut ditiru," ajaknya.
Saat ini, nama harum KH Ahmad Siddiq sudah disematkan pada IAIN Jember yang beralih nama menjadi Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember..
Hal ini menyembulkan harapan dari KH Muhyiddin Abdusshomad agar UIN KHAS Jember mampu melahirkan Kiai Achmad-Kiai Achmad Siddiq masa kini. Harapan tersebut misalnya terkait dengan pemberantasan radikalisme di dunia kampus. Sebab, saat ini gerakan radikal sudah merambah kampus. Bahkan sejumlah perguruan tinggi negeri ditengarai telah tersusupi radikalisme.
“Harapan saya yang paling utama adalah agar UIN KHAS Jember bisa menjadi pelopor pemberantasan radikalisme di dunia kampus,” ujar Kiai Muhyid, sapaan akrabnya, di kompleks Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember Jawa Timur, Sabtu (5/6).
Menurutnya, meskipun secara kelembagaan, radikalisme sudah tak berdaya, tapi gerakannya tak pernah vakum. Mereka terus bergerak menyusupkan ajaran radikalnya dengan menumpang berbagai acara sosial dan keagamaan. Karena itu, pemberantasan radikalisme tidak boleh berhenti lantaran penyebar ideologi radikal juga terus jalan.
“Namun caranya tidak boleh radikal, tapi harus santun sebagaimana karakter Kiai Achmad Siddiq,” harapnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua