Viral Konten Habib Ja'far di Warung Kelontong, Ini Tanggapan Wakil Ketua NU Sumenep
Selasa, 31 Januari 2023 | 11:30 WIB
Sumenep, NU Online
Jagat maya dihebohkan dengan video Habib Husein Ja'far Al-Hadar yang diunggah Sabtu (28/1/2023). Pada video tersebut, Habib Husein tertawa lepas saat mewawancarai seorang pedangang toko kelontong asal Madura yang mengadu nasib di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Kiai A Dardiri Zubairi, Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep menyatakan, gara-gara Habib Ja'far berkunjung ke warung kelontong warga Madura yang kebanyakan pemiliknya berasal dari Sumenep, viral dan dijadikan story oleh Nahdliyin.
Diceritakan, sambil membeli kopi dan mie instan, Habib Ja'far ngobrol bersama penjaga warung. Dalam obrolan tersebut tampak sekali seorang penjaga warung gigih, cerdas, lucu, dan arif.
Kegigihnya, lanjutnya, karena warung kelontong buka 24 jam. Dijaga 2 orang yang biasanya dilakukan oleh suami istri, bergantian selama paruh hari. Siang piket istri, malam harinya piket suami.
"Yang kami nilai, penjaga warung kelontong tak gentar meski harus bersaing dengan swalayan yang mengepung kota. Meski warung mereka kecil tapi indah. Kami jadi ingat buku jadul yang lupa pengarangnya, the small is beautiful," ucapnya kepada NU Online, Senin (30/01/2023).
Lebih lanjut, penjaga warung dikatakan cerdas karena warung ditata dengan sangat rapi. Kecerdasan tersebut, menurut dia, sama halnya saat melihat di depan warung ada pom mini. Baginya, sebenarnya juga strategi cerdas.
"Di samping untungnya jelas per botolnya, kebutuhan penduduk kota terutama yang naik motor bejibun. Harapannya pengendara motor akan membeli barang lain, misalnya rokok atau minuman. Jadi pom mini seperti umpan ketika mau mancing," terangnya.
Menurut Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin Gapura, penjaga warung sangat lucu. Kekhasan yang jenaka membuat Habib Ja'far tertawa lepas saat membuat konten.
"Ketika habib bilang, toko baru tutup saat kiamat. Justru penjaga toko bilang, kiamat tetap buka meski setengah hari, siapa tahu ada yang lapar. Juga ketika ditanya habib soal kebutuhan biologisnya karena buka 24 jam, si penjaga bilang, selalu ada trik. Maksudnya, dalam setiap tantangan selalu ada peluang, kira-kira begitu," paparnya.
Hal terakhir, ujar Kiai Dardiri, penjaga warung sangat memahami kearifan orang Madura. Ketika ditanya apa tidak takut bersaing dengan swalayan? Jawabnya arif sekali, sehingga habib tersenyum sembari memberikan like menggunakan jempol jarinya.
Ia mengutarakan, jawaban penjaga warung sederhana. Yakni, makanan semut tidak mungkin dimakan gajah, sebaliknya makanan gajah gak mungkin dimakan semut.
Secara fenomenologi, sambungnya, banyak kearifan orang Madura lainnya terkait soal rezeki. Soalnya dalam sudut pandang dan kepercayaan orang Madura adalah rezeki tidak mungkin tertukar dan Allah tidak memberi kerja, tapi memberi rezeki. Jadi, kearifan ini tidak bisa dimaknai secara harfiah.
"Terima kasih Habib Ja'far sudah membuat konten soal warung kelontong saudara kami asal Sumenep. Semangat untuk saudaraku para pejuang warung kelontong," ucap alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan