Firdausi
Kontributor
Sumenep, NU Online
Kabupaten Sumenep dikenal dengan sebutan 'Kota Keris'. Penetapan tersebut dikukuhkan pada 2014 saat Desa Aeng Tong-Tong, Kecamatan Saronggi, mendapat penghargaan dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada 2012.
Di desa tersebut, masyarakatnya berprofesi sebagai pembuat senjata tajam tradisional, yakni keris. Berdasarkan data, pada 2013 terdapat 648 empu, kini ada 478 empu yang bermukim di sana.
Menurut pencinta keris, yang paling familiar ada delapan jenis keris. Antara lain keris luk 3, luk 5, luk 7, luk 9, luk 11, luk 13, dan luk 15. Bahkan, di setiap jenis tersebut memiliki ciri khas berbeda berdasarkan pakem Jawa.
Adapun harganya pun sangat variatif. Untuk jenis keris kelas biasa Rp500.000 – Rp1.000.000. Kelas menengah, Rp1.000.000 – Rp5.000.000. Sedangkan kelas atas, di atas Rp6.000.000 hingga ratusan juta rupiah.
Menurut Empu Ika Arista, pembuatan keris tergantung pada kualitas. Paling cepat 1 bulan. Bahkan ada yang sampai berbulan-berbulan, jika memang kualitas masterpiece.
“Bahan dasarnya terdiri dari logam besi, logam pamor, dan baja. Untuk meringankannya, biasanya mpu memadukan bahan dasar ini dengan logam lainnya,” ujar Empu Ika saat dikonfirmasi NU Online, Kamis (7/7/2022) di kediamannya.
Untuk keris kuno, lanjut Empu Ika, logam pamor terbuat dari batu meteorit yang diketahui memiliki kandungan titanium yang tinggi.
“Konon, batu meteorit yang terkenal adalah meteorit Prambanan yang pernah jatuh pada abad ke-19 di kompleks percandian Prambanan Yogyakarta, Sleman, Yogyakarta,” ungkap alumnus Pesantren At-Taufiqiyah Aengbaja Raja, Bluto itu.
Baca Juga
Keris Indonesia Jadi Warisan Dunia
Sebagai pusaka kuno, proses pembuatannya tidak sama dengan senjata tajam lainnya. Karena sebelum menempa besi hingga pewarangan, para empu melakukan beberapa ritual khusus. Yakni, puasa putih selama 3 hari, tirakat doa dengan menggunakan media alam semesta.
“Hanya saja tidak semua empu di masa kini melakukan ritual tersebut,” terangnya.
Di tempat berbeda, Alfian Maulidi menjelaskan bahwa ada 3 jenis warangka yang sangat familiar di kalangan pencinta keris. Yakni, warangka Branggah dan Ladrang, warangka Gayaman, serta warangka Sandang Walikat.
“Jenis kayu yang acap kali dijadikan warangka adalah Cendana, Timoho, Awar-Awar, Kayu Sono, Jati, Tayuman, Kemuning, Kayu Nagasari, dan Gaharu," ungkap Alfian.
“Untuk kayu Timoho sendiri adalah yang paling diburu, bahkan 1 warangka yang berbahan kayu Timoho harganya bisa sampai jutaan rupiah,” pungkas mahasiswa Institut Ilmu Keislaman (Instika) Annuqayah Guluk-Guluk itu.
Pewarta: Firdausi
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua