Semarang, NU Online
Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen minta pengurus pesantren membuat satgas Jaga Santri. Tujuannya, untuk mengawasi protokol kesehatan sekaligus melakukan penanganan ketahanan ekonomi di pondok.
"Di pesantren ada yang kita istilahkan Jaga Santri, yang kemudian di-link kan dengan Jogo Tonggo di desa setempat, sehingga lebih cepat," ujarnya usai mengikuti rapat evaluasi penanganan Covid-19, di Ruang Rapat Gubernur, Senin (15/6).
Jaga Santri menurutnya, selain untuk mengawasi protokolkesehatan santri, juga untuk menangani dampak ekonomi, misalnya terkait pasokan bahan makanan di pesantren bagi para santri. Selain itu mereka juga akan bekerjasama dengan puskesmas bilamana ada santri yang sakit (gejala Covid-19).
Menurut Gus Yasin sapaannya, peran Jaga Santri tak ubahnya seperti konsep Jogo Tonggo yang digagas oleh Gubernur Jawa Tengah, H Ganjar Pranowo.
Hal itu penting menurutnya lantaran pesantren merupakan institusi yang menggabungkan pendidikan formal dan agama. Selain itu, pola pendidikan di pesantren sulit jika harus meniru sekolah formal pada umumnya.
"Karena di pesantren jadwal kegiatannya cukup padat, tentunya tidak bisa disamakan sebagaimana di sekolah umum, sehingga perlu cara khusus untuk pelaksanaan keggiatan belajar mengajar di pesantren," ucapnya.
Terkait kembalinya santri ke pondok, Gus Yasin menyebut sudah membuat berbagai pola acuan. Hal itu, didasarkan pada kunjungannya di beberapa pesantren yang memiliki skenario pembelajaran jika pesantren diizinkan untuk menggelar kembali proses belajar mengajar.
"Salah satunya menggelar pendidikan dengan sistem shift bilamana tidak semua santri menetap di pondok," ungkapnya.
Lebih lanjut putra Almaghfurlah KH Maimoen Zubair ini menyatakan, hal yang terpenting adalah proses karantina terhadap santri yang baru datang dari wilayah asal. Selain itu, pengurus juga wajib menyediakan fasilitas basuh tangan dan sabun untuk para santrinya.
Berkenaan dengan karantina santri, Gus Yasin menyebut sudah melakukan konsultasi dengan dokter terkait mekanisme karantina.
"Kalau pesantren agak kesulitan (belajar online), maka mereka harus kembali ke pesantren. Tetapi ada yang bertahap, kemarin di Banyumas itu ada yang menerapkan kedatangan bertahap, dua ratus dulu, kemudian dikarantina setelahnya datang lagi," urainya.
Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz