Daerah

Warga NU Diharap Hati-Hati Sikapi Ajaran Baru

Ahad, 21 Agustus 2016 | 14:13 WIB

Ketapang, NU Online
Ketua PCNU Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat KH Jema’ie Makmur mengatakan, bahwasanya saat ini banyak umat yang kebingungan dalam memahami sebuah ajaran agama dikarenakan dengan banyaknya pemahaman-pemahaman yang muncul dan tidak sampai kepada nalar umat. Kebingungan tersebut dikarenakan minimnya pengetahuan agama dan keyakinan yang kuat dalam memahami ajaran agama.

Menurut KH Jema’ie Makmur, tidak sedikit pemahaman yang baru ini telah mengubah tradisi yang pernah dibawa oleh nenek moyang dan leluhur warga NU atau bahkan para ulama-ulama NU. Banyak amalah-amalan warga NU yang semuanya dinilai tidak benar dan dianggap sebagai bid’ah. 

“Tahlilan, membaca Yasin di kuburan, memperingati Maulid, dan lain-lain semuanya mereka anggap bid’ah yang menyesatkan,” kata Jema’ie Makmur pada acara pengajian di Masjid Pesaguan Kiri, Sabtu (20/8). 

Oleh karena itu, ia mengingatkan kepada jamaah untuk tidak mudah goyah dengan membenarkan dan menyakini apa yang mereka katakan. Apapun yang selama ini menjadi amalan warga NU bukanlah tanpa dalil dan dasar sebagaimana yang banyak mereka tuduhkan. 

“Kita memang bertaklik kepada ulama yang kita yakini mereka adalah orang shaleh, tidak diragukan lagi keilmuannya, nasab keilmuannya jelas dan faktanya sampai saat ini ulama-ulama yang menjadi rujukan warga NU, makamnya tidak putus-putusnya selalu diziarahi,” Kata Pengasuh Pesantren Hidayaturrahman Ketapang ini.

Pengajian yang diadakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Hilir Selatan ini dihadiri Ketua dan dan Sekretaris PCNU Kabupaten Ketapang juga penceramah dari Pontianak Habib Fahmi Almutahar dan Habib Hamzah Alqadrie. Hadir para tokoh agama dan undangan serta seluruh jajaran pengurus MWAC NU Kecamatan Matan Hilir Selatan..

Sementara Habib Fahmi Almutahar dalam ceramahnya mengatakan, Nahdlatul Ulama adalah organisasi yang sangat tua yang dibangun oleh KH Hasyim Asy’ari, seorang ulama besar, ulama karismatik, ulama yang memiliki intelektualitas tinggi.

“Beliau seorang pendiri NU yang gigih berjuang untuk memberikan keamanan, kenyamanan, dan kemaslahatan bagi umat pada waktu itu hingga detik ini. Oleh sebab itu bagi kita yang telah berbai’at kepadanya yang telah menghidupkan organisasi NU ini bagi seluruh jajaran pengurus itu secara tidak langsung telah berbai’at kepada KH Hasyim Asy’ari,” Kata Habib Fahmi

Dijelaskannya KH Hasyim Asy’ari di masa hidupnya berguru kepada seorang ulama besar yaitu Hadratussyekh KH Kholil Bangkalan, seorang ulama asal Madura.
 
“Siapa yang tidak kenal dengan KH Kholil Bangkalan, seorang ulama besar dan banyak menurunkan generasi-generasi madani, generasi-generasi qur’ani, generasi-generasi yang menjadi harapan bangsa dan negara serta agama, generasi yang insyaallah membawa ummat ke dalam ridha Allah Swt,” Jelas Habib Fahmi 

Menurutnya, KH Hasyim Asy’ari juga juga pernah belajar kepada abah dari As-Sayyid Muhammad ataupun kakek As-Sayyid Muhammad yang bernama As-Sayyid Abbas bin Alawi bin Maliki seorang ulama yang berada di kota Haramain yang jumlah karangannya ratusan kitab, yang murid-muridnya sampai ke generasi anak dan cucunya yaitu As-Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alawi bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani RA. Dan ini merupakan guru dari KH Hasyim Asy’ari pendiri NU.

Habib Fahmi menjelaskan, kalau umat mau berpikir dan menyadari dengan keadaan umat sekarang ini, maka harus kembali kepada ulama yang sebenarnya, yaitu mereka yang keulamaannya nyambung kepada Nabi Muhammad Saw. 

“Makanya kita harus hati-hati di akhir zaman, silakan kita belajar kepada guru manapun, tetapi kita harus jeli dan teliti, ini nasab keguruannya nyambung atau tidak kepada Nabi Muhammad. Kalau nasab keilmuaannya tidak nyambung khawatir ilmunya sesat dan alirannya berbeda,” Kata Habib Fahmi mengingatkan.(Sayfiie Huddin/Mukafi Niam)


Terkait