Warisan KH Hasyim Asy'ari, Ngaji Shahih Bukhari Berlangsung di 19 Cabang Pesantren Tebuireng
Senin, 18 Maret 2024 | 20:30 WIB
Suasana ngaji kitab Shahih Bukhari-Muslim di masjid Pesantren Tebuireng, Senin (18/3/2024). (Foto: NU Online/Syarif)
Jombang, NU Online
Tahun 1445 H, dalam hitungan hijriyah, HadratusKH Muhammad Hasyim Asy'ari telah wafat 77 tahun yang lalu, pendiri Nahdlatul Ulama ini wafat pada 7 Ramadhan 1366 H di Pesantren Tebuireng dan dimakamkan di barat masjid Tebuireng. Warisan KH Hasyim Asy'ari hingga saat ini masih bisa dilihat dan dirasakan manfaatnya.
Lahir pada 24 Dzulqaidah 1287 atau 14 Februari 1871, KH Hasyim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebuireng tahun 1899 dan 1926 mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Dua karya besar ini, semakin hari terus menunjukkan progres positif di tengah kemajuan teknologi dan zaman.
Menurut ketua Pondok Tebuireng putra Ustadz Slamet Habib, Pesantren Tebuireng sudah memiliki 19 cabang di seluruh Indonesia. Beberapa daerah yang telah berdiri cabang Pesantren Tebuireng, antara lain di Pandeglang, Banten; Indragiri Hilir, Riau; serta Rejang Lebong, Bengkulu.
Tebuireng mengalami perkembangan cukup pesat dengan mendirikan belasan cabang di era KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah.
"Santri Tebuireng tersebar dari berbagai wilayah, ada ribuan di pondok putra. Saya di Tebuireng mulai era KH Yusuf Hasyim, lalu KH Salahuddin Wahid hingga saat ini KH Abdul Hakim Mahfudz," jelasnya, Senin (18/3/2024).
Menurutnya, Pesantren Tebuireng memiliki prinsip dasar yang harus dipahami dan diresapi oleh seluruh santri Tebuireng. Kelima hal tersebut yaitu ikhlas, jujur, bertanggungjawab, kerja keras dan tasamuh.
Lembaga pendidikan di Tebuireng yang fokus pada kajian keagamaan dan kitab kuning yaitu Madrasah Mu'allimin dan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari. Dua Lembaga pendidikan ini memberikan beasiswa hingga jenjang strata dua.
Ada juga lembaga pendidikan lain yaitu SDI, SMP A Wahid Hasyim, SMA A Wahid Hasyim, MTs Salafiyah, MA Salafiyah, MTs Sains, SMP Sains, SMA Sains, dan SMK.
"Saya di Tebuireng niat tabarukan saja. Karena sosok KH Hasyim Asy'ari itu luar biasa," imbuhnya.
Tradisi Ngaji Kitab Shahih Bukhari dan Muslim
Selain itu, menurut pengurus Pesantren Tebuireng A Fikri, sosok KH Hasyim Asy'ari juga memiliki warisan berupa kitab-kitab yang masih bisa dikaji hingga saat ini, seperti Risalah Ahlussunnah wal Jamaah, Adabul Alim wa Muta'alim, Dhau' al-Misbah, dan lain sebagainya.
Sedangkan kegiatan ngaji di era KH Hasyim Asy'ari dan berlangsung hingga saat ini adalah ngaji kitab Shahih Bukhari-Muslim. Tahun 1445/2024 kitab Shahih Muslim dibacakan oleh KH Abdul Aziz Sukarto.
"Ngaji kitab Shahih Muslim dilakukan di serambi masjid Tebuireng. Bisa diikuti oleh umum. Bisa ngaji offline dan online di akun youtube Tebuireng Live," ungkapnya.
Di era KH Hasyim Asy'ari, kakek Gus Dur tersebut rutin membaca kitab Shahih Muslim dan Bukhari di bulan Ramadhan. Beberapa tokoh yang pernah melanjutkan perjuangan Kiai Hasyim yaitu KH Habib Ahmad, KH Syansuri Badawi, dan Kiai Idris Kamali. Metode ngajinya, setahun Shahih Bukhari, setahun besoknya lagi Shahih Muslim.
"Setiap yang ngaji Shahih Muslim hingga khatam nanti bisa meminta lembaran sanad hingga KH Hasyim Asy'ari. Lembaran ini dikeluarkan oleh Majelis Ilmi Pondok Pesantren Putra Tebuireng," kata Fikri.
Selain bulan Ramadhan, kitab Shahih Bukhari-Muslim dikaji secara intensif di Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng. Maha santri Ma'had Aly Hasyim Asy'ari juga diminta menghafalkan hadis dari Shahih Bukhari Muslim.
"Kita diminta menghafalkan puluhan hadis Shahih Bukhari-Muslim sebagai syarat wisuda," tandasnya.