Pegang Aforisme Al-Hikam, Gus Dur Seimbang dan Tak Cari Popularitas
Kamis, 22 Desember 2022 | 00:13 WIB
Yenny Wahid saat berpidato pada Haul ke-13 Gus Dur yang digelar di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Rabu (21/12/2022) malam. (Foto: YouTube Tebuireng Official)
Ahmad Naufa
Kontributor
Jombang, NU Online
Banyak orang yang masih ingin mencari ibrah dari almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Masih banyak orang bertanya, bagaimana cara memahami Presiden ke-4 Republik Indonesia ini. Salah satu kata kunci untuk memahaminya gampang, yaitu keseimbangan.
Hal ini diungkap Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid) dalam Haul ke-13 Gus Dur yang digelar di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Rabu (21/12/2022) malam.
“Gus Dur itu orang yang selalu seimbang dalam menjalani kehidupannya. Hal-hal yang sifatnya duniawi dan ukhrawi itu selalu seimbang. Dalam membuat keputusan, dalilnya antara dalil aqli dan naqli itu selalu dipakai. Ini selalu menjadi pegangan beliau,” tegas perempuan kelahiran 29 Oktober 1974 tersebut.
Dalam kehidupan yang serba materialistis dan modern saat ini, kata Yenny, ketika manusia hanya fokus kepada hal-hal bersifat duniawi dan kebendaan, menjadi penting bagi kita untuk sedikit mengikuti teladan Gus Dur.
“Dan berpikir tidak hanya untuk kepentingan duniawi atau hubbuddunya saja. Tetapi, juga kepentingan ukhrawi kita perhatikan,” tutur putri ke-2 Gus Dur ini dalam tayangan YouTube TV9 Nusantara, Rabu malam
Menurut Yenny, salah satu hal yang dipegang Gus Dur – dan para kiai sudah mengerti – adalah aforisme Syekh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary dalam Kitab Al-Hikam.
“Yaitu, Idfin wujudaka fi ardlil humuly, fama nabata mimma lam yudfan la yatimmu nitajuhu. (Benamkan dirimu dalam bumi kekosongan. Sebab, sesuatu yang tumbuh dari benih yang tak ditanam [di balik kekosongan], tak akan sempurna buahnya),” ungkapnya.
“Itu salah satu prinsip utama Gus Dur. Ketika beliau melakukan banyak hal menjadi mudah. Karena apa? Gus Dur tidak mencari popularitas. Gus Dur enggak cari pujian-pujian. Gus Dur mencari ridla Allah. Gus Dur hanya mencari hal yang bisa membawa manfaat bagi orang banyak,” sambung Yenny.
Hal itulah di antara hal yang membuat ayahnya gampang dalam mengambil keputusan, tak takut dicaci maki orang lain. Gus Dur selalu menekankan karakter yang baik, mumpuni, disiplin. Itu karena cinta kasih, bukan karena ingin populer.
“Sebetulnya ini bukan aneh dalam dunia sufistik dan dunia pesantren,” ungkap alumnus Studi Administrasi Publik Universitas Harvard, Boston, Amerika Serikat itu di depan hadirin.
Terpantau, hadir dalam kesempatan ini banyak tokoh baik dari kalangan ulama maupun pejabat. Tuan rumah sekaligus pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz memberikan sambutan dalam acara yang juga disiarkan secara live streaming ini. Sedangkan KH Agoes Ali Masyhuri dari Sidoarjo, Jawa Timur, didaulat menjadi pembicara utama.
Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
2
Peran Generasi Muda NU Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045 di Tengah Konflik Global
3
Cerita Rayhan, Anak 6 Tahun Juara 1 MHN Aqidatul Awam OSN Zona Jateng-DIY
4
Daftar Barang dan Jasa yang Kena dan Tidak Kena PPN 12%
5
Luhut Binsar Pandjaitan: NU Harus Memimpin Upaya Perdamaian Timur Tengah
6
OSN Jelang Peringatan 100 Tahun Al-Falah Ploso Digelar untuk Ingatkan Fondasi Pesantren dengan Tradisi Ngaji
Terkini
Lihat Semua