Alif.id dan Nahdlatut Turots Pamerkan Manuskrip Ulama Nusantara di Belanda
Ahad, 5 Juni 2022 | 13:45 WIB
Pameran manuskrip karya para ulama Nusantara di Universitas Vrije, Amsterdam, Belanda diagendakan berlangsung 2-14 Juni 2022. (Foto: istimewa)
Jakarta, NU Online
Alif.id dan Nahdlatut Turots menggelar pameran manuskrip karya para ulama Nusantara di Universitas Vrije, Amsterdam, Belanda. Pameran ini berlangsung selama dua pekan, mulai Jumat-Selasa 3-14 Juni 2022. Kegiatan ini juga bagian dari rangkaian agenda dua tahunan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda.
Kurator pameran Ahmad Ginanjar Sya’ban menyampaikan bahwa pameran ini digelar dalam rangka mengarusutamakan karya ulama Nusantara sebagai rujukan utama dunia internasional. "Untuk mengarusutamakan karya ulama Nusantara sebagai rujukan utama sejarah intelektual Islam di Nusantara sekaligus mengenalkan ke publik lebih luas, internasional," katanya kepada NU Online pada Sabtu (4/6/2022).
Baca Juga
Dari Kitab Kuning hingga Ilmu Kanuragan
Selama ini, jelasnya, karya para ulama Nusantara kurang mendapat perhatian dari para pengkaji, terutama manuskripnya yang masih belum banyak diketahui dan terpublikasikan. Karenanya, manuskrip ini dipamerkan agar dapat diketahui secara luas oleh kalangan akademisi internasional.
"Kita ingin karya ini bisa diketahui masyarakat internasional dan terpublikasikan, juga mendapatkan tempat yang selayaknya. Makanya, dipamerkan beberapa fragmen karya ulama Nusantara di Universitas Vreie, kita ingin karya ulama Nusantara semakin menginternasional dan mendapatkan tempat yang layak di kalangan akademisi," jelasnya.
Ginanjar juga menjelaskan bahwa pameran ini penting dalam menumbuhkan kepercayaan diri para santri. Sebab, karya guru-guru mereka, baik yang sudah ataupun belum tercetak ini, bisa menjadi rujukan internasional dan menginspirasi peradaban yang lebih besar.
"Ingin menumbuhkan percaya diri bahwa karya guru-guru kita ternyata sangat luar biasa menjadi rujukan internasional dan menjadi inspirasi untuk peradaban yang lebih besar," kata pengajar di Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta itu.
Menurutnya ada banyak karya ulama yang sudah maupun belum tercetak, bahkan belum diketahui, tertimbun, ataupun belum keluar dari tempatnya. Karya-karya yang demikian ini, katanya, bisa disebut juga sebagai virgin collection dan itulah yang saat ini tengah dipamerkan di Belanda.
Ia menyebut misalnya kitab Tukhfatul Ikhwan Syarah atas Kitab Syu’abul Iman. Kitab tersebut karya Syekh Nawawi al-Bantani dan belum banyak diketahui publik secara luas. Pasalnya, kalangan santri lebih mengenal kitab Qamiuth Thughyan sebagai kitab syarah atas Syu’abul Iman yang ditulis oleh ulama asal Banten itu. Ada juga manuskrip tulisan tangan Syaikhona Kholil dan tulisan tangan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Kitab-kitab tersebut terdapat di Pondok Pesantren Al-Akhyar.
Selain itu, ia juga menyebut kitab Sullamut Taufiq tulisan tangan KH Hasan Bisri dari Pondok Pesantren Tawangsari, Sidoarjo. Kitab ini mengandung makna lengkap yang dibacakan oleh KH Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.
Ginanjar berharap bahwa hal ini dapat menjadi momen kebangkitan karya intelektual ulama Nusantara. Hal ini perlu menjadi kesadaran bersama, terdanam pada jiwa santri dan Muslim Nusantara secara umum, bahwa ulama Nusantara memiliki khazanah keilmuan yang sangat luas.
"Muslim Nusantara memiliki segudang khazanah keilmuan yang melimpah ruah seperti lautan. Ulama kita punya karya menjadi inspirasi peradaban kemanusian, rujukan bukan hanya orang Nusantara, tetapi bagi tradisi keilmuan dunia Islam secara umum," jelas pengurus Nahdlatut Turots itu.
Para ulama Nusantara dengan segala keterbatasan media, teknologi, dan informasi karena tidak seperti sekarang yang terbuka dan canggih, mampu menghasilkan karya yang dapat dirasakan manfaatnya hingga sekarang. Karenanya, ia menegaskan bahwa hal tersebut mestinya menjadi inspirasi bagi santri sekarang untuk melahirkan karya-karya intelektual.
"Bisa menjadi inspirasi bahwa ulama dulu bisa melahirkan karya terbaiknya, maka sekarang juga bisa menjadi inspirasi kebangkitan kembali karya intelektual bagaimana dulu bisa dihasilkan oleh ulama Nusantara kita," ujarnya.
Pameran ini juga bisa terlaksana atas kerja sama Alif.id, Nahdlatut Turots, PCINU Belandda, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Belanda, Djarum Foundation, dan Universitas Vrije Amsterdam, Belanda.
Founder Alif.id Susi Ivvaty merasa bangga bisa menghadirkan khazanah naskah lawas milik ulama Nusantara kepada publik di Amsterdam dalam pameran yang juga didukung Djarum Foundation dan SPC Indonesia itu.
"Makin banyak narasi keberagaman dan Islam ramah yang diboyong ke luar Indonesia, kepada publik lebih luas, diharapkan makin mengikis islamofobia yang kemunculannya tidak dapat dihindari, namun dapat diredam," katanya sebagaimana dilansir Alif.id.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan