Ansor Jepang Gelar Aneka Lomba Peringati Hari Santri
Jumat, 23 Oktober 2020 | 12:40 WIB
Ibaraki, NU Online
Bukan hanya di tanah air, semarak Hari Santri juga menggema di Jepang. Di negeri matahari terbit itu, Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Gerakan Pemuda Ansor Jepang menggelar lima lomba untuk memeriahkan Hari Santri 2020 sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kelima lomba tersebut adalah Lomba Azan, Kaligrafi, Lagu Reliji, dan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ).
Lomba tersebut digelar secara virtual untuk menghindari kontak langsung antar peserta maupun dengan panitia. Sebab, wabah Corona di Jepang juga masih mengkhawatirkan.
“Semua kami selenggarakan secara online, ini karena kita tidak ingin lomba itu justru menjadi ajang persemaian bibit (Corona) baru, dan panitia sepakat untuk digelar secara online,” tutur Ketua Panitia Lomba, Muhammad Fadil di Ibaraki, Jepang, Kamis (22/10).
Pendaftaran semua lomba paling lambat tanggal 30 Oktober 2020. Untuk Azan, yang dilombakan adalah Azan Subuh. Sedangkan Kaligrafi, durasi waktu pembuatannya adalah 20 hingga 30 menit. Untuk lomba Lagu Reliji, lagu wajibnya adalah Man Ana. Sementara MTQ, waktunya adalah 5 hingga 9 menit.
Semua lomba tersebut direkam dalam video, dan dikirim kepada panitia paling lambat tanggal 13 November 2020. Satu peserta boleh mengikuti lomba lebih dari satu.
“Pengumuman pemenang tanggal 20 November 2020,” jelasnya.
Muhammad Fadil menambahkan, lomba tersebut dimaksudkan untuk memupuk dan melestarikan kesenian Islam di kalangan warga Indonesia di Jepang. Ini penting agar mereka tetap berjiwa Indonesia yang NU meski ada di rantau.
“Lomba seperti azan, kaligrafi, MTQ dan sebagainya, itu kan khas Indonesia, khususnya NU,” terangnya.
Searah dengan tujuan itu, Hari Santri perlu digemakan di manapun untuk mengingatkan peran santri dan ulama dalam berjuang dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, jasa santri dan ulama dalam mengusir penjajah sungguh besar. Selama masa penjajahan, santri dan kiai mengadakan perlawanan secara sporadis terhadap penjajah. Di manapun ada pesantren, di situlah perlawanan terhadap penjajah digelorakan .
“Tapi yang fenomenal memang pertempuran 10 November, yang diawali dengan resolusi jihad. Di situ, santri dan ulama berbaur dengan masyarakat untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Dan akhirnya Indonesia menang dalam pertempuran dahsyat tersebut,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin