Jakarta, NU Online
Perang dunia siber rupanya benar-benar terjadi. Amerika dan Cina saling klaim, para peretas kedua negara tersebut saling melancarkan serangan pada sistem internet.
<>
Laporan serangan siber itu terkuak berdasarkan investigasi perusahaan keamanan siber AS, Mandia, sebagaimana dilansir The New York Times (18/2). Menurut laporan itu, China secara rutin menyusupi sistem komputer AS, baik lembaga publik maupun perusahaan privat. Laporan tersebut juga menyebut serangan berasal dari maskas Tentara Pembebasan Rakyat di Shanghai.
Mandia didirikan Kevin Mandia, seorang mantan investigator cybercrime militer AS.Menanggangi laporan ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hong Lei menyatakan,
“Spekulasi dan tuduhan tak berdasar itu sangat tidak professional dan tidak bertanggung jawab, serta tidak membantu penyelesaian masalah. Sepengetahuan kami, AS adalah sumber utama serangan siber terhadap sistem komputer Cina.”
Bantahan itu juga didukung koran setempat. Harian Global Times yang kerap menyuarakan kepentingan China dalam Editorialnya menuduh AS terlalu membesar-besarkan ancaman peretas China. Harian berbasis di Beijing itu menyatakan, Cina selama ini terlalu toleran mengenai perselisihan internet antara kedua negara.
“Karena toleransi China tidak dihargai oleh AS, China harus menghadapi AS secara langsung. China harus mengumpulkan bukti, bersaksi, dan mempublikasikan gangguan internet AS terhadap Cina,” demikian editorial Global Times, Kamis, 21 Februari 2013.
Sementara itu pengamat geopolitik Hendrajit menyatakan perang internet bukanlah hal yang baru. Perang itu sudah berlangsung lewat dominasi aliran informasi dari media-media mainstream di Barat.
“Bahkan pelaku media siber di luar negeri juga menghadapi blocking media arus utama di Barat,” kata Direktur Eksekutif Global Future Institute ini.
“Celakanya, media-media itu juga dijadikan rujukan koran-koran besar kita di sini,” imbuhnya.
Redaktur : Hamzah Sahal
Kontributor : Mh Nurul Huda