Beginilah Skenario Prosesi Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina
Senin, 27 Juni 2022 | 13:00 WIB
Makkah, NU Online
Puncak pelaksanaan ibadah haji yang akan berlangsung di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) mendapat perhatian khusus dari Panitia Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) supaya semuanya berjalan dengan lancar, dan para jamaah haji dapat melakukan seluruh proses ibadahnya secara sempurna.
Armuzna juga dapat dikatakan sebagai masa yang paling berat. Dalam waktu yang bersamaan, yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah, jamaah haji dari seluruh dunia akan berkumpul di Arafah. Tahun 1443 H “hanya” satu juta orang yang berkumpul, dari biasanya sebanyak 2,5 juta. Sekalipun sudah banyak pepohonan dan tenda-tenda berpendingin udara, dari pengecekan di lokasi pada Ahad (26/06/2022) debu-debu kering beterbangan. Cuaca pada siang hari mencapai 43 derajat, dan diperkirakan pada hari wukuf, bisa mencapai suhu di atas 50 derajat celcius.
Ketahanan fisik sangat diperlukan dalam periode Armuzna, tanggal 9 Dzulhijjah bakda Maghrib, para jamaah mulai dipindahkan ke Muzdalifah, berdasarkan urutan kedatangannya. Di Muzdalifah, mereka mengambil batu untuk nantinya digunakan melempar jumrah. Tengah malam mereka pindah ke kawasan Mina untuk mabit di sana. Ini masa yang sangat melelahkan bagi banyak orang karena dari pagi, mereka kurang istirahat.
Di Mina, jamaah akan tinggal selama tiga hari untuk melempar jumrah. Lokasi Mina bahkan lebih sempit dibandingkan dengan Arafah. Jamaah mesti berbagi tempat dengan banyak orang dalam satu tenda sempit. Di dalam tenda disediakan AC, namun begitu keluar, panas yang menyengat akan menyambut jamaah ketika mereka mesti berjalan beberapa kilometer untuk melempar jumrah. Beberapa kali tragedi pelaksanaan haji terjadi di Mina.
Satuan Operasi Armuzna
Ketua PPIH Arsyad Hidayat menyampaikan, selama di Armuzna, akan dibentuk satuan operasi (satop) Armuzna yang personilnya hampir sama dengan perwakilan daerah kerja (daker). Hal ini mengingat seluruh jamaah dan petugas haji akan bergerak ke Armuzna. Petugas haji yang sebelumnya bekerja di Jeddah atau Madinah juga akan ke Armuzna. Mereka lah yang menjadi bagian dari satuan operasi.
Arsyad menyampaikan, untuk Arafah, akan menjadi tanggung jawab daker Bandara Jeddah; Muzdalifah akan menjadi tanggung jawab petugas dari daerah kerja Makkah; untuk Mina, akan menjadi tanggung jawab daerah kerja Madinah. Mengingat terdapat pekerjaan besar di Arafah dan Mina, akan ada sejumlah personel dari daker Makkah yang diperbantukan, khususnya terkait monitoring akomodasi, tenda, distribusi katering, serta fasilitas lainnya.
“Ini hal yang sangat urgen di Armuzna. Kita tidak tahu permasalahan di tenda seperti AC mati, mungkin kurang luas, karpet atau kasur yang tipis, bantal yang tidak tersedia. Tim monitoring yang memastikan dan menegur pihak penyedia layanan di Armuzna,” kata Arsyad.
Mengingat selama masa puncak haji, banyak jalanan yang ditutup, maka penyediaan katering dilakukan dan diproses di Armuzna. “Ini juga perlu adanya pengawasan ketat, yang akan kita mintakan bantuannya dari daker Makkah,” imbuh Arsyad.
Dari komunikasi yang dilakukan oleh syarikah atau maktab yang menyediakan pelayanan di Armuzna, terdapat beberapa perbaikan layanan yang dijanjikan. Jika sebelumnya dalam satu maktab diisi 2.900-3.000 jamaah, tahun ini hanya 2.100 jamaah. Di Arafah, ukuran tenda bermacam-macam. Ada yang besar, ada yang kecil, namun setiap jamaah haji mendapat ruang gerak seluas 1,6 meter persegi.
“Ini akan berpengaruh terhadap luasan tiap individu yang menempatinya. Juga akan ada kasur tipis dan bantal untuk istirahat di Mina, mengingat jamaah akan menginap,” imbuhnya
Selama di Arafah, AC yang sebelumnya hanya 4 akan ditambah menjadi 6 dengan sumber listrik dari PLN Arab Saudi, jumlah toilet juga akan bertambah dan diperbaiki. Jika sebelumnya toilet kurang dari 21, sekarang sekitar 39, ditambah dengan toilet portabel. Terdapat toilet jongkok atau duduk, yang dapat dipilih jamaah haji sesuai dengan kebiasaan atau kenyamanannya.
“Ini akan membantu kenyamanan jamaah haji. Dulu harus antri panjang 15 orang antri. Semoga dengan tambahan toilet ini, menambah kenyamanan jamaah haji,” ujar Arsyad.
Untuk layanan konsumsi, PPIH sudah melakukan kontrak. Keluhan yang disampaikan jamaah haji Indonesia adalah rasa yang tidak jelas. Untuk memastikan makanan sesuai dengan selera jamaah haji Indonesia, tim PPIH sudah melakukan skenario pelatihan juru masak yang akan memberikan pelayanan di Armuzna. Terdapat tenaga chef profesional dari sekolah tinggi pariwisata Bandung yang akan mengawasi kualitas dan membantu pelatihan.
Tanggal 8 Dzulhijjah Mulai Bergerak ke Arafah
Dari simulasi yang dilakukan, jamaah haji Indonesia akan mulai bergerak dari masing-masing hotel pada tanggal 8 Dzulhijah mulai pukul 7 pagi dan baru selesai pukul 12 malam. Namun, tahun ini kemungkinan besar pada pukul 5 sore, semua jamaah sudah berada di Arafah. “Jalanan mungkin akan lebih lancar dibandingkan periode ketika kuota normal,” tutur Arsyad.
Layanan transportasi di Armuzna bekerja sama dengan naqabah thawwafah atau organda Arab Saudi. “Di luar naqabah, tidak diizinkan melakukan mobilisasi jamaah,” jelas Arsyad.
Bus Shalawat yang selama ini menjadi andalan jamaah haji dari hotel ke Masjidil Haram tidak akan beroperasi antara tanggal 5 sampai 15 Dzulhijjah untuk persiapan pelayanan transportasi di Armuzna. Selama periode tidak ada layanan angkutan ini.
Selama tidak ada layanan transportasi ini, jamaah haji diharapkan beribadah di tempatnya masing-masing sekaligus untuk menghemat tenaga karena selama di Arafah dibutuhkan tenaga penuh. “Artinya butuh tenaga ekstra sehingga jamaah bisa melaksanakan wukuf dengan baik,” tandas Arsyad.
Waktu wukuf di Arafah dimulai tanggal 9 Dzulhijjah setelah tergelincirnya matahari atau setelah masuk waktu shalat Dzuhur sampai terbitnya fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Namun, jamaah haji tidak harus berada di sana sampai subuh. Jamaah haji Indonesia sudah menginap di Arafah semalam karena mereka diberangkatkan pada tanggal 8 Dzulhijjah. Setelah Maghrib, tanggal 9 Dzulhijjah, jamaah mulai digerakkan ke Muzdalifah.
Dari Muzdalifah jamaah melakukan mabit, namun tidak lama. Setelah tengah malam, jamaah yang sudah sampai duluan di Muzdalifah akan diangkut ke Mina untuk melaksanakan jumrah aqabah.
Akan terdapat Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Arafah dengan peralatan yang lengkap, ambulance, dan tenaga kesehatan. Di tingkat maktab juga tersedia layanan kesehatan supaya tidak setiap keluhan, langsung ke KKHI.
Proses yang berlangsung selama beberapa hari ini membutuhkan tenaga ekstra dan fisik yang kuat. Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana dalam paparannya saat pelatihan para petugas haji menyampaikan, jumlah kematian memuncak pada periode Armuzna, dengan periode kritis pada hari ke 25-62 musim haji.
Pewarta: Achmad Mukafi Niam
Editor: Aiz Luthfi