Bencana Kelaparan Meningkat di Palestina, 8 Ribu Anak Kurang Gizi Akut
Jumat, 14 Juni 2024 | 10:00 WIB
Jakarta, NU Online
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus melaporkan kondisi krisis kesehatan dan kelaparan yang melanda sebagian besar penduduk Gaza, Palestina.
Tedros mengungkapkan bahwa penduduk Gaza kini menghadapi bencana kelaparan dan kondisi seperti kelaparan yang semakin memburuk.
Tedros menjelaskan, meskipun ada laporan mengenai peningkatan pengiriman makanan, tetapi belum ada bukti bahwa bantuan tersebut sampai kepada mereka yang paling membutuhkan dalam jumlah dan kualitas yang memadai.
WHO dan mitra-mitranya telah berusaha meningkatkan layanan nutrisi, namun tantangan yang ada masih sangat besar.
"Lebih dari 8.000 anak di bawah usia 5 tahun telah didiagnosis dan dirawat karena kekurangan gizi akut, termasuk 1.600 anak dengan gizi buruk akut yang parah. Namun, karena ketidakamanan dan kurangnya akses, hanya dua pusat stabilisasi untuk pasien gizi buruk yang dapat beroperasi," jelas Tedros, dalam keterangan resminya di laman WHO, dikutip NU Online pada Kamis (13/6/2024).
Ia menyebut, kondisi kesehatan yang memburuk juga diperparah oleh minimnya akses terhadap layanan kesehatan ditambah lagi kurangnya air bersih dan sanitasi. Ini secara signifikan meningkatkan risiko anak-anak terkena kekurangan gizi.
Hingga saat ini, telah tercatat 32 kematian akibat kekurangan gizi, termasuk 28 anak di bawah usia 5 tahun.
Krisis kesehatan tidak hanya terjadi di Gaza, tetapi juga meningkat di Tepi Barat. Tedros menyebutkan bahwa serangan terhadap layanan kesehatan dan pembatasan pergerakan orang menghambat akses terhadap layanan kesehatan.
Sejak perang di Gaza dimulai, 508 warga Palestina telah tewas di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dengan lebih dari 5.000 orang terluka, termasuk sekitar 800 anak-anak.
"WHO telah mendokumentasikan 480 serangan terhadap layanan kesehatan di Tepi Barat sejak 7 Oktober tahun lalu, yang mengakibatkan 16 kematian dan 95 cedera," tambah Tedros.
Banyak klinik di wilayah tersebut hanya beroperasi dua hari dalam seminggu, dan rumah sakit beroperasi dengan kapasitas sekitar 70 persen.
Permukiman ilegal yang terus meluas di Tepi Barat juga berdampak buruk pada akses masyarakat Palestina terhadap layanan kesehatan.
Tedros menyebut, pihaknya mendukung Kementerian Kesehatan Palestina melalui pembelian obat-obatan esensial dan memberikan bantuan teknis mengenai kebijakan dan prosedur.
WHO juga telah menyiapkan persediaan di rumah sakit-rumah sakit utama di Tepi Barat dan mengadakan pelatihan manajemen trauma bagi petugas pertolongan pertama di komunitas yang terkena dampak.
Tedros menegaskan kembali pentingnya perdamaian sebagai solusi utama untuk mengatasi krisis ini.
"Sekali lagi, kami mendesak semua pihak untuk segera menerapkan resolusi Dewan Keamanan. Obat terbaik adalah perdamaian," tutupnya.
Sebagai wujud kepedulian bagi warga Palestina, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui NU Care-LAZISNU mengajak masyarakat untuk menyalurkan bantuan dana kemanusiaan yang dapat disalurkan melalui NU Online Super App di fitur Zakat & Sedekah atau lewat tautan https://applink.nu.or.id/donation.