Cerita Akademisi Indonesia Jadi Anggota Kehormatan Lembaga Riset Oxford
Selasa, 17 Desember 2019 | 22:00 WIB
Akademisi asal Indonesia, Idhamsyah Eka Putra, baru-baru ini diangkat menjadi anggota kehormatan Visiting Research Fellow di salah satu pusat penelitian di University of Oxford. Namanya pun sudah masuk di website resmi lembaga tersebut: http://cric-oxford.org/idhamsyah-eka-putra/.
Bang Idham, begitu teman-teman Indonesia banyak memanggilnya, menceritakan asal mula dirinya masuk sebagai anggota kehormatan tersebut. Hal itu dimulai dengan perkenalannya dengan Profesor Harvey Whitehouse di awal tahun 2017.
Bang Idham mengaku awalnya agak bingung apa sebabnya seorang Antroplog ingin bekerjasama dengan Psikolog Sosial. Namun, setelah ia mengunjungi website Harvey, ia menemukan bahwa Harvey banyak memiliki anggota tim Post-doctoral yang memiliki dasar Psikologi Sosial.
Setelah berkolaborasi dengan Harvey dan menemukan kecocokan dari pengalaman itu, Bang Idham juga dapat memahami mengapa Harvey banyak memiliki tim peneliti. Menurut Idham, untuk seorang profesor, Harvey adalah profesor yang sangat rendah hati, suportif, dan benar-benar peduli dengan rekan-rekan lainnya.
"Setelah berkolaborasi dengan Harvey, baru saya mencoba mengecek lebih dalam lagi mengenai aktivitasnya. Dari sinilah kemudian saya menemukan, selain direktur di ICEA, dia juga co-founder CRIC. Lalu saya menulusuri CRIC dan ternyata ini adalah pusat studi yang baru dibuka tahun 2013," kata Bang Idham.
Menariknya, lanjut Bang Idham, di dalam CRIC ada tokoh-tokoh yang sering menjadi rujukannya dalam studi-studi berkenaan dengan terorisme dan radikalisme. Di antaranya Jeremy Ginges profesor di New School University; dan Scott Atran, Direktur Riset lembaga ARTIS.
Karena hal ini, Harvey kemudian berbicara kepada dua co-founders lainnya mengenai kemungkinan dimasukkannya ia di dalam tim peneliti CRIC. Direktur CRIC yang juga co-founder, Lord John Alderdice sangat senang dengan saran dan ketertarikan Harvey memasukkan Idham dalam lingkar CRIC sebagai peneliti.
Sebagai anggota kehormatan, Bang Idham memang tidak bekerja secara full time. Karena saat ini ia ada riset kolaborasi dengan Harvey berkenaan dengan Religion and Morality, hingga beberapa bulan ke depan sebagai bagian dari aktivitasnya.
"Di samping itu saya dianggap sebagai partner atau kolaborator utama untuk studi-studi yang berurusan dengan konflik dan kekerasan, terutama sekali pada kejadian-kejadian yang muncul di Indonesia atau wilayah-wilayah Asia Tenggara lainnya. Jadi jika ada tim CRIC lainnya yang tertarik dengan isu-isu di Asia Tenggara, sayalah orang yang akan dimintai saran dan masukan," ujar Idham yang dalam tiga tahun belakangan ini sibuk dengan riset yang disebutnya rehumanization project.
Riset rehumanization project, kata dia, lebih mengedepankan bagaimana jika periset bisa mengarahkan manusia untuk memercayai bahwa manusia adalah baik dan bagaimana ini bisa berdampak pada hubungan antarkelompok. "Studi ini sudah saya uji beberapa kali di Indonesia, dan sekali di Amerika. Kedepannya, saya juga tertarik menguji ini di Inggris," lanjut Idham.
Ia menyebutkan bahwa Harvey juga tertarik dengan ide riset ini dan senang sekali untuk membantu. "Menjadi VRF di CRIC ini tidak ada kewajiban untuk saya untuk stay tiap hari di Oxford atau di Inggris. Yang penting adalah saya bisa membantu pada studi-studi yang sudah saya sebutkan tadi. Begitu kira-kira," tutur Idham.
Editor: Kendi Setiawan