Di Mina, Pontensi Jamaah Haji Kelelahan dan Tersesat Tinggi
Kamis, 29 Juni 2023 | 18:10 WIB
Aktivitas lempar jumrah di area jamarat di Mina, Arab Saudi pada Rabu (28/6/2023). (Foto: NU Online/Mahbib Khoirun)
Mina, NU Online
Jamaah haji Indonesia pada Kamis (29/6/2023) memasuki tahap lontar jumrah ula, wustha, dan aqabah di area Mina. Ritual ini minimal dilakukan pada tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah untuk mereka yang memilih nafar awal, yakni meninggalkan Mina sebelum matahari tenggelam pada 12 Dzulhijjah; dan ditambah pada 13 Dzulhijjah untuk mereka yang memilih nafar tsani.
Sebelumnya, jamaah haji melaksanakan lontar jumrah aqabah pada 10 Dzulhijjah. Dari pantauan NU Online, lalu-lalang jamaah haji Indonesia menuju jamarat (tempat lempar jumrah) terlihat ramai, bahkan pada Kamis dini hari. Sebagian jamaah tampak bingung arah menuju pemondokan yang jaraknya bisa 4-7 kilometer dari jamarat. Beberapa dari mereka jatuh sakit akibat kelelahan sehingga mesti didorong kursi roda.
Potensi tersesat juga terjadi di area maktab pemondokan. Tenda serba putih yang nyaris seragam di Mina membuat sebagian jamaah salah jalan. Ada 72 maktab dengan rata-rata 7 kloter pada masing-masing maktab. Satu kloter diisi oleh 360-450 orang jamaah.
Kepala Seksi Layanan Lansia Daker Madinah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Arief Nurawi mengakui, prosesi lempar jumrah pada hari tasyrik sudah longgar, tidak padat seperti saat jumrah aqabah. "Iya sudah longgar, puncaknya memang pas jumrah aqabah," ucapnya kepada Media Center Haji di Mina, Arab Saudi, Kamis (29/6/2023).
Menurut Arief, hal itu terjadi karena banyak jamaah haji setelah melaksanakan jumrah aqabah langsung melakukan tawaf ifadah, sa'i kemudian tahalul dan kembali ke hotel masing-masing untuk beristirahat. Selain itu, ada juga jamaah yang memang masih kelelahan setelah mengikuti rangkaian puncak ibadah haji.
Kepala Satuan Operasi (Kasatops) Arafah Muzdalifah Mina (Armina) Kolonel (Laut) Harun Ar Rasyid mengatakan keberadaan jamaah Indonesia yang berangkat maupun kembali dari arah jamarat kebanyakan tidak tahu arah tenda.
Dia mengatakan PPIH Arab Saudi berupaya membantu segala permasalahan yang dialami jamaah untuk diberikan solusi.
"Apalagi saat ini begitu datang, jamaah dari Arafah kemudian Muzdalifah lalu datang ke Mina. Ketika kembali dari jamarat para petugas akan membantu mencarikan jalan ke arah tenda," katanya kepada Media Center Haji.
Harun mengatakan, jamaah haji di Mina harus menempuh perjalanan panjang saat lempar jumrah ke jamarat. Dari tenda pemondokan ke mulut terowongan jaraknya bervariasi, 500 meter hingga 1,5 kilometer. Sementara panjang terowongan sekitar 2 kilometer atau pulang pergi 4 kilometer.
Dari pantauan, situasi di terowongan jamarat tidak padat seperti sebelumnya saat lempar jumrah aqabah. "Alhamdulillah, jamarat sekarang sudah lebih sepi, enggak kaya kemarin yang padat," ujar Mahyudin (83) pada Kamis (29/6/2023).
Jemaah haji asal Aceh yang mendatangi jamarat bersama rekannya ini mengaku, bersyukur bisa melaksanakan lempar jumrah yang merupakan wajib haji dengan lancar tanpa ada halangan. "Saya semangat terus, semoga dikasih kesehatan sama Allah jadi bisa laksanain ibadah haji sampai selesai," ucapnya.
Seperti diketahui, lempar jumrah adalah bagian dari rangkaian prosesi ibadah haji sebagai perlawanan terhadap setan. Hal ini merupakan tindakan yang mencontoh Nabi Ibrahim ketika dia dan putranya, Nabi Ismail, mendapatkan godaan setan.
Lontar jumrah dilakukan dengan melempari batu ke tiang-tiang jamarat. Penjagaan dan pengawasan terus dilakukan oleh tim petugas haji di berbagai pos Mina.
Diimbau Badalkan Jumrah
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengimbau jamaah lansia atau berisiko tinggi untuk memanfaatkan layanan badal lempar jumrah. Layanan ini disediakan secara gratis atas instruksi Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Menag Yaqut meminta Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk menerapkan skema perlindungan, pelayanan, dan pembinaan dengan menyesuaikan kondisi fisik jemaah, agar mereka tidak memaksakan.
"Jadi yang benar-benar mungkin saja yang boleh lontar jumrah sendiri dan boleh tawaf ifadah sendiri. Lainnya, jamaah yang secara fisik tidak memungkinkan, saya minta lontar jumrahnya dibadalkan," tegas Mina.
"Skenarionya badal, membadalkan jamaah yang tidak mampu. Jadi intinya kita tidak mau jamaah ini dipaksakan kondisi fisiknya," sebut Menag.
Gus Men, panggilan akrabnya, meminta PPIH untuk segera mengidentifikasi jamaah yang harus dibadalkan. Langkah ini dinilai strategis apalagi satu orang bisa membadalkan beberapa orang sekaligus.
Pewarta: Mahbib Khoiron
Editor: Syamsul Arifin