Teheran, NU Online
Otoritas Iran akhirnya memperbolehkan fans perempuan untuk menonton pertandingan sepak bola secara langsung di stadion. Sebagai komitmen atas hal itu, otoritas terkait menjamin fans perempuan akan mendapatkan jatah 3.500 tiket dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2022 antara Iran melawan Kamboja pada Kamis, 10 Oktober mendatang.
Rencananya pertandingan tersebut bakal di gelar di Stadion Azadi yang berkapasitas 78.000 penonton. Merujuk kantor berita pemerintah Iran, IRNA, seperti diberitakan BBC, Sabtu (5/10), 3.500 tiket untuk bagian perempuan terjual habis hanya dalam beberapa menit setelah penjualan di buka pada Jumat lalu.
Sebelumnya, Iran melarang keras perempuan menonton sepak bola di stadion. Hingga terjadi sebuah inside dimana seorang fans perempuan Iran bernama Sahar Khodayari meninggal karena membakar dirinya sendiri. Saat itu, Sahar ditangkap otoritas terkait ketika menonton sebuah pertandingan sepak bola di stadion. Dia kemudian memilih membakar diri daripada di tahan.
Kejadian itu memicu gelombang kecaman dari banyak pihak, termasuk Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). FIFA kemudian meningkatkan tekanan kepada Iran untuk memastikan perempuan diizinkan menonton pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022. Setelah itu, Iran melunak dan menjamin tiket untuk fans perempuan dalam kualifikasi Piala Dunia tersebut. Untuk mengawasi perempuan, FIFA menyebut kalau pihaknya akan mengirimkan delegasi.
"Perempuan dapat pergi ke stadion Azadi pada 10 Oktober 2019 untuk menyaksikan pertandingan antara tim nasional Iran dan Kamboja untuk kualifikasi Piala Dunia Qatar," kata Wakil Kementerian Olahraga untuk Urusan Hukum dan Provinsi Jamshid Taghizadeh, diberitakan kantor berita Iran, IRNA, dilansir AFP, Ahad (25/8) lalu.
Sebuah komunitas yang mengampanyekan agar perempuan diizinkan mengakses acara olahraga pria di Iran, The Open Stadiums Group, mengatakan, tiket tersebut dijual tanpa ada pengumumaan dari 'PSSI-nya' Iran. Menurutnya, fans perempuan Iran mengetahui kabar tersebut dari media sosial.
Komunitas tersebut menyambut baik penjualan tiket pertandingan sepak bola untuk perempuan. Namun, mereka khawatir dengan bagaimana panitia mengakomodasi perempuan penyandang disabilitas dan ibu-ibu yang membawa anak lelakinya.
Otoritas Iran melarang perempuan menonton sepak bola di stadion sejak Revolusi Islam pada 1979 silam. Larangan tersebut merujuk pada pendapat ulama Iran yang menilai bahwa perempuan harus dilindungi atmosfer maskulin dan pandangan laki-laki. Namun seiring dengan perkembangan zaman, pada 1987 ulama Iran mengeluarkan fatwa tentang perempuan boleh menyaksikan sepak bola, meski hanya lewat layar televisi.
Pewarta: Muchlishon
Editor: Kendi Setiawan