Invasi Rusia ke Ukraina: Para Tokoh Dunia Mengecam, 5 Negara Mendukung
Sabtu, 26 Februari 2022 | 19:33 WIB
Jakarta, NU Online
Kamis, 24 Februari 2022 menjadi tragedi tidak terlupakan bagi masyarakat Ukraina. Negara asal legenda sepakbola Andriy Shevchenko tersebut diserang oleh Rusia dengan berbagai alasan. Baik karena pasukan NATO yang hendak mengekspansi Eropa Timur, maupun permintaan kelompok separatis di Ukraina khusus di wilayah Lohansk dan Donetsk, dan kejayaan masa lalu Rusia.
Namun, pengamat internasional menduga bahwa Rusia juga masih belum rela Ukraina merdeka. Ukraina merupakan negara pecahan Uni Soviet yang merdeka pada 1991, tahun di mana negara komunis tersebut runtuh.
Invasi Rusia di bawah pimpinan Vladimir Putin ke Ukraina ini mendapat kecaman dari tokoh-tokoh dunia. Masyarakat dunia juga turut mengecam dengan melakukan aksi unjuk rasa menolak aksi Putin dan tentara Rusia di Ukraina. Bahkan penolakan perang juga datang dari warga negara Rusia sendiri.
Kecaman pemimpin dunia
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menilai bahwa invasi Rusia ke Ukraina dapat mengancam keutuhan tata negara dunia saat ini. “Kalau tidak direspons dengan tepat, itu akan berbahaya sekali bagi keutuhan tata negara dunia yang sekarang ini kita miliki,” kata Kiai Yahya, Kamis (24/2/2022).
Dikutip dari kantor berita DW, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebutkan, Presiden Rusia Vladimir Putin 'bermuka dua' setelah dia memerintahkan operasi militer terhadap Ukraina, tak lama setelah dirinya berunding dengan Putin melalui sambungan telepon.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengutuk invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina. "Kami tidak akan membiarkan Presiden Putin meruntuhkan arsitektur keamanan Eropa," ujar von der Leyen.
Ia menegaskan, UE akan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia. "Kami akan membekukan aset Rusia di Uni Eropa dan menghentikan akses bank Rusia ke pasar keuangan Eropa," katanya.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, serangan Rusia benar-benar tanpa pembenaran dan menyebutnya perang Putin. "Akan menjadi jelas bahwa Putin telah membuat kesalahan besar dengan melancarkan perang ini," kata Scholz. Ia juga menambahkan, Rusia akan membayar "harga yang pahit" karena menyerang tetangganya tersebut.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson lewat cuitannya di Twitter mengatakan, Inggris akan meningkatkan dukungannya ke Ukraina. Dia menegaskan, Inggris tidak bisa dan tidak boleh berpaling untuk membantu Ukraina. "Saya tidak percaya diktator Rusia akan menaklukkan Ukraina dan keyakinan mereka yang penuh semangat bahwa negara mereka harus merdeka," kata Johnson.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengumumkan serangkaian sanksi baru, yang menargetkan bank dan industri Rusia. "Kami sengaja merancang sanksi ini untuk memaksimalkan dampak pada Rusia dan meminimalkan dampak pada sekutu kami. Kami tidak bertindak sendiri. Kami telah membangun koalisi yang mewakili setengah dari ekonomi dunia," tutur Biden.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian melalui cuitannya di Twitter, menyalahkan "provokasi NATO" atas serangan yang dilancarkan Rusia terhadap Ukraina. Meski demikian, ia menekankan perang bukanlah sebuah solusi dan menulis "penting untuk membuat gencatan senjata dan menemukan solusi politik yang demokratis."
Presiden RI Joko Widodo belum memberikan pernyataan lengkap terhadap operasi militer yang digelar Rusia di Ukraina. Namun, di tengah kondisi yang sedang memanas, pada hari pertama invasi Rusia ke Ukraina, melalui cuitannya via twitter, Jokowi menyerukan agar perang bisa dihentikan. "Setop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia," cuit Jokowi.
Dukungan terbuka
Meskipun mendapat kecaman dari para pemimpin dan masyarakat dunia, invasi Rusia ke Ukraina juga mendapat dukungan dari sejumlah negara. Setidaknya ada lima negara yang terang-terangan mendukung kebijakan perang Vladimir Putin ke Ukraina, yaitu Myanmar, Belarus, Suriah, Venezuela, dan Nikaragua.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengonfirmasi bahwa hari pertama invasi Rusia ke negaranya, ada 137 warga yang meninggal dunia. Kini, tentara Rusia sudah menguasai sejumlah di wilayah dan kota di Ukraina, termasuk upaya pengepungan Ibu Kota Kiev.
Zelensky sendiri telah berupaya melakukan diplomasi dengan Presiden Vladimir Putin untuk menghentikan kematian manusia. Selain itu, setelah berdialog dengan Presiden China, Xi Jinping, Vladimir Putin mempertimbangkan upaya-upaya penghentian perang. Namun, hingga saat ini perang masih berkecamuk dan warga Ukraina telah melakukan langkah pengungsian di negara-negara tetangga seperti Polandia.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Muhammad Faizin