Internasional

Kaleidoskop 2025: Gencatan Senjata di Gaza yang Terus Dilanggar

Ahad, 28 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kaleidoskop 2025: Gencatan Senjata di Gaza yang Terus Dilanggar

Ilustrasi konflik Palestina-Israel. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online

 

Tahun 2025 dibuka dengan harapan meredanya agresi Israel ke Gaza. Setelah perang berlangsung sejak Oktober 2023, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan pada Januari. Namun perjalanan sepanjang tahun justru menunjukkan sebaliknya, gencatan senjata berulang kali diumumkan, tetapi pelanggaran terus terjadi di lapangan. 

 

Pada 15 Januari 2025, Presiden Amerika Serikat Joe Biden bersama Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al-Thani mengumumkan tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang dijadwalkan berlaku mulai 19 Januari 2025 sebagai jalan keluar dari perang berkepanjangan sejak Oktober 2023. 

 

Namun realitas yang terjadi di Gaza berbicara lain. Meski kesepakatan mulai berlaku, serangan Israel masih berlanjut dan gelombang kekerasan tidak kunjung surut.

 

“Korban tewas di Gaza naik menjadi 103 orang sejak kesepakatan gencatan senjata diumumkan." Demikian laporan dari Kantor Berita Palestina, WAFA pada Jumat (17/1/2025). 

 

"Tidak hanya itu, ada 264 orang juga dilaporkan mengalami luka-luka terhitung pada Jumat pukul 9 pagi," lanjutnya.

 

Serangan udara dan tembakan masih menyasar sejumlah wilayah, terutama di Gaza utara dan tengah. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kesepakatan gencatan hanya berlaku di atas kertas.

 

Selanjutnya, pada Maret 2025, serangan besar Israel ke Gaza memicu lonjakan korban yang tragis. Lebih dari 400 warga Palestina dilaporkan tewas, ratusan lainnya luka-luka di Khan Younis, Gaza Utara, Rafah, dan Deir el-Balah. 

 

Pemerintah Israel menyatakan serangan itu sebagai respons terhadap apa yang disebutnya penolakan Hamas memperpanjang gencatan dan membebaskan tawanan. 

 

“Israel, mulai sekarang, akan bertindak melawan Hamas dengan meningkatkan kekuatan militernya,” ujar Kantor Perdana Menteri Israel, Selasa (18/3/2025).

 

Hamas menilai langkah Israel sebagai pelanggaran kesepakatan dan memperingatkan bahwa agresi tersebut akan berdampak pada keselamatan warga sipil dan tawanan.

 

Serangan berlanjut pada April 2025. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat jumlah korban meninggal telah melampaui 50 ribu jiwa sejak Oktober 2023. Angka ini mencerminkan besarnya dampak agresi terhadap warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

 

Pada Juni 2025, kondisi kemanusiaan semakin memprihatinkan. Pasukan Israel dilaporkan menewaskan puluhan warga Palestina, termasuk mereka yang sedang mencari bantuan makanan. 

 

Selain serangan militer, Israel juga membatasi masuknya truk bantuan kemanusiaan. Pembatasan ini dinilai melanggar kesepakatan gencatan dan memperburuk krisis pengungsian, terutama di tengah kelangkaan pangan dan layanan kesehatan.

 

Pada September 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali mengumumkan kesepakatan perdamaian baru untuk Gaza. Trump menyebut kesepakatan tersebut sebagai langkah penting menuju penghentian perang.

 

"Hari ini PM Netanyahu dan saya baru saja menyimpulkan sebuah pertemuan penting untuk sejumlah isu vital," ujar Trump dalam konferensi pers yang disiarkan oleh Washington Post, Senin (29/9/2025).

 

Sementara itu, Netanyahu menambahkan bahwa kesepakatan itu akan menjamin keamanan Israel.

 

Tak lama kemudian, Trump kembali mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyepakati fase pertama gencatan senjata. Namun, serangan Israel ke Gaza tetap berlanjut meski kesepakatan gencatan diumumkan, sehingga memunculkan keraguan atas efektivitas perjanjian tersebut.

 

Pada Oktober 2025, pertukaran tawanan antara Hamas dan Israel memunculkan klaim bahwa perang telah usai. Trump kembali mengklaim bahwa konflik telah berakhir. 

 

“Perang di Gaza sudah berakhir,” ujar Trump, Ahad (12/10/2025).

 

Namun klaim tersebut tidak sepenuhnya sejalan dengan kondisi lapangan. Israel dilaporkan masih menduduki Gaza dan melancarkan serangan ke sejumlah lokasi, termasuk sekolah yang dijadikan tempat perlindungan warga. Dilaporkan bahwa enam warga Palestina tewas dalam serangan Israel ke sebuah sekolah di Gaza.

 

Selain itu, Israel kembali membatasi masuknya bantuan kemanusiaan. Israel membatasi truk bantuan kemanusiaan ke Gaza meski kesepakatan gencatan senjata masih berlaku. Dampaknya, pengungsi kembali menghadapi kondisi darurat, diperparah dengan hujan yang merendam tenda-tenda pengungsian.

 

Anadolu Agency melaporkan, pada Sabtu (27/12/205) tentara Israel telah menewaskan lebih dari 71.200 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 171.200 lainnya dalam serangan di Gaza sejak Oktober 2023.