Internasional

Ketika Menteri di Nepal, Jepang, dan Inggris Mundur dalam Sepekan Terakhir

Selasa, 9 September 2025 | 19:00 WIB

Ketika Menteri di Nepal, Jepang, dan Inggris Mundur dalam Sepekan Terakhir

Gambar hanya sebagai ilustrasi berita. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Dalam sepekan, dunia dikabarkan dengan kemunduran tiga menteri di Inggris, Jepang, dan Nepal. Ketiganya mundur karena latar belakang yang beragam.


Perdana Menteri Nepal Kharga Prasad Sharma Oli mengundurkan diri dari jabatannya pada Selasa (9/9/2025).


Pengumuman pengunduran dirinya disampaikan sehari setelah terjadi gelombang protes yang dihadang dengan represi dari pihak kepolisian hingga menewaskan 19 orang dan ratusan luka-luka.


"Mengingat situasi yang tidak menguntungkan di negara ini, saya telah mengundurkan diri efektif hari ini untuk memfasilitasi solusi atas masalah ini dan membantu menyelesaikannya secara politis sesuai dengan konstitusi," katanya kepada Presiden Ramchandra Pahdel melalui surat sebagaimana dilansir Reuters.


Protes yang diwarnai kekerasan itu dipicu pelarangan media sosial dan demonstrasi yang melewati batas waktu yang ditentukan. Tak pelak, bentrok dengan kepolisian tak terhindarkan. Polisi pun menembakkan gas air mata dan peluru karet ke para demonstran.


Mereka terdiri dari Generasi Z dan digerakkan kelompok mudanya yang frustrasi dengan pemerintahan yang minim gerakan untuk memberantas korupsi dan meningkatkan perekonomian masyarakatnya.


"Protes dimaksudkan guna, pertama dan utama, menentang korupsi yang merajalela di dalam pemerintahan," kata seorang pengunjuk rasa kepada Reuters melalui surel.


Dua hari sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba juga mengajukan pengunduran diri dari jabatannya pada Ahad (7/9/2025). Padahal, ia belum genap setahun memimpin roda pemerintahan Negeri Matahari Terbit itu.


Pengunduran dirinya ditengarai karena kekalahan dua kekalahan besar dalam pemilu. Ia mengambil langkah ini sebelum Partai Demokrat Liberal (LDP) dijadwalkan melakukan pemungutan suara internal yang dapat memaksanya turun dari jabatannya.


"Karena sekarang telah tercapai kesepakatan dalam negosiasi terkait langkah-langkah tarif as saya percaya inilah saat yang paling tepat (untuk mundur)," katanya sebagaimana dilansir BBC.


Ia sempat menolak untuk mundur sebelum menuntaskan tanggung jawabnya menyelesaikan negosiasi dengan Amerika Serikat mengenai tarif.


"Saya sangat meyakini bahwa negosiasi terkait langkah-langkah tarif as yang bisa dikatakan sebagai krisis nasional harus diselesaikan di bawah tanggung jawab pemerintahan kami," katanya.


Berbeda dengan dua pejabat di atas, Wakil Perdana Menteri Inggris Angela Rayner mengundurkan diri dari jabatannya karena terbukti kurang bayar pajak atas apartemen baru yang dibelinya di Sussex. Pengunduran dirinya disampaikan kepada Perdana Menteri Keir Starmer pada Jumat (5/9/2025).


Ia mengaku menyesal tidak meminta nasihat pajak tambahan secara secara lebih spesifik mengingat posisinya dan situasi keluarganya yang kompleks. Ia mengaku tidak berniat melalukan apapun selain membayar pajak sesuai dengan jumlah yang semestinya.


Ia juga menyampaikan bahwa tekanan media yang terus-menerus telah berdampak besar pada keluarganya, khususnya anak-anaknya yang disorot sedemikian terbuka.


"Berdasarkan temuan yang ada dan dampaknya terhadap keluarga saya, saya telah memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan wakil perdana menteri, dan menteri negara untuk perumahan komunitas dan pemerintahan daerah, serta dari posisi wakil ketua Partai Buruh," ujarnya sebagaimana dilansir The Guardian.