Kunjungi PBNU, Dubes Amerika Bahas Isu Perdamaian Internasional
Senin, 21 Oktober 2019 | 09:23 WIB
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Dubes Amerika untuk Indonesia Joseph R Donovan Jr. di Gedung PBNU Lantai 3, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (21/10). (Foto: NU Online/Syakir NF)
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengungkapkan bahwa dalam pertemuan tersebut saling tukar-menukar pandangan terkait berbagai persoalan yang melanda akhir-akhir ini. Kiai Said menyampaikan kepada Donovan bahwa NU mewarisi Islam moderat, Islam yang betul-betul Islam yang juga diajarkan oleh Gus Dur. Sementara di Timur Tengah, kondisinya sangat jauh dari Islam.
“Saya harap masyarakat Amerika juga tahu. Masyarakat bisa membedakan yang benar dan mana Islam yang radikal, yang menyimpang. Di Indonesia ada Islam yang moderat yakni Nahdlatul Ulama, antiradikalisme, antiekstremisme,” kata Kiai Said.
Sementara itu, Donovan menyatakan bahwa ia menghormati NU sebagai contoh Islam moderat dan toleran bagi masyarakat Indonesia dan dunia. “Saya selalu menghormati NU karena merupakan contoh Islam moderat dan Islam yang toleran. Tidak hanya contoh di Indonesia, tetapi juga contoh di dunia,” ujarnya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kiai Said, banyak hal yang didiskusikan seperti program kerjasama pemerintah Amerika dengan PBNU, seperti program kesehatan dan program untuk memerangi ekstremisme. Persoalan ekstremisme internasional seperti yang terjadi di Afghanistan, Palestina, dan Xinjiang. “Saya juga mengundang Ketua PBNU untuk melihat lebih jauh lagi situasi yang terjadi di Xinjiang,” ujarnya.
Hal tersebut didasarkan surat yang dilayangkan ke Sekretaris Jenderal PBB oleh lima organisasi internasional, seperti Amnesty International, Human Rights Watch, International Comission of Jurist, International Federation of Human Rights, dan World Uyghur Congress tentang apa yang terjadi di Xinjiang. “Salah satu permasalahan hak asasi manusia yang paling mendesak di zaman sekarang,” ujarnya.
Keduanya juga membahas mengenai masalah Papua. Donovan mengaku menghormati Papua sebagai bagian dari wilayah kedaulatan di Indonesia. “Kami pemerintah Amerika menaruh hormat kedaulatan wilayah Indonesia di tanah Papua. Kami juga berharap pemerintah Indonesia bisa bekerja sama dengan masyarakat Papua,” tuturnya.
Tak hanya itu, pertemuan dua tokoh tersebut juga membahas persoalan pendidikan. Menurutnya, akan ada pertukaran pengajar Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) dan universitas-universitas di Amerika Serikat.
“Kita juga membahas meningkatkan pendidikan, salah satunya kita bisa membantu universitas dan perguruan tinggi Nahdlatul Ulama untuk bisa menjalin hubungan dnegan universitas-universitas di Amerika,” katanya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi