Lahirnya NU adalah awal bagi lembaran baru peradaban Islam. Lahirnya NU juga tidak lepas dari pengaruh runtuhnya khilafah Islamiyah Turki Utsmani.
Sejak awal NU didirikan, kata Gus Yahya, penggunaan lambang jagat (bola dunia) adalah isyarah bahwa NU bukan saja organisasi lokal-nasional. Namun, memiliki himmah untuk menyatukan seluruh umat Islam di dunia. "Terbukti lambat laun gagasan klasik NU mulai diterima sebagai solusi kehidupan dunia," katanya.
Gus Yahya juga menyampaikan, sebagian besar umat Islam di belahan dunia manapun pada awalnya terlalu memendam dendam dan ingin membalas kekalahan Turki Usmani terhadap bangsa barat, sehingga muncul organisasi macam IM, HT, Al Qaeda, dan lainnya.
"Selain itu gagasan penting yang paling fundamental adalah usulan KH Ahmad Shiddiq, Rais Aam terpilih yang disepakati oleh semua yang hadir mengenai gagasan untuk menghentikan permusuhan dengan siapa pun. "NU teguh pada ukhuwah islamiah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah bashariyah/insaniah. Yang artinya NU menolak semua gerakan politik kelompok-kelompok Islam radikal yang menghalalkan kekerasan dan membawa permusuhan sesama umat manusia," imbuh Gus Yahya.
Selain itu, NU tidak memandang perbedaan agama sebagai dasar permusuhan. Persaudaraan dengan sesama manusia, apa pun agamanya, merupakan suatu hal yang harus diperjuangkan, sesuai hasil musyawarah dari para alim ulama NU sejak dahulu. Dan, PBNU hingga kini masih teguh memperjuangkan amanat tersebut.
Kemudian, Muktamar NU di Makassar menegaskan bahwa NU harus maju menawarkan konsep solusi Islam rahmah dan Islam yang ramah untuk perdamaian dunia. Itu adalah satu-satunya jalan menghindari peperangan. Hal ini bukan hal baru bagi NU. NU telah memperjuangkannya sejak lama.
Menurut GUs Yahya, langkah Gus Dur merangkul semua umat manusia tanpa pandang latar belakang, suku bangsa, dan agama pun menuai kecaman pihak-pihak yang gagal paham. Padahal jelas, niatan Gus Dur dan para penerusnya sejalan dengan putusan Muktamar NU di Situbondo. Yakni, kerukunan seluruh umat manusia dan perdamaian dunia seperti yang selama ini hanya jadi slogan PBB.
Tentang paradigma NU ke depan, menurut Gus Yahya, warga NU harus percaya diri. Jumlah jamaah NU yang kini mencapai 70 persen, lebih dari total warga Muslim Indonesia harus benar-benar bisa dimanfaatkan. Jumlah sebesar itu bisa bertahan karena NU terus mempertahankan al-ilm wa ri'ayah, serta mempertahankan tradisi-tradisi yang baik dan menjadi ciri khas bangsa. Sehingga sebenarnya semua perangkat pemerintahan sangat bergantung pada warga NU dalam melaksanakan tugasnya.
"NU sejatinya tidak hanya berjuang untuk warganya saja, namun membawa kemaslahatan bagi semua umat. Bukan hanya bangsa Indonesia, namun juga penduduk dunia," kata Gus Yahya
Terpopuler
1
Ketum GP Ansor Hadiri Haul Ke-57 Guru Tua, Perkuat Ukhuwah dan Dakwah Moderat
2
Syekh Hasan Al-Masyath, Ulama yang Lahir dan Wafat di Bulan Syawal
3
Haul Akbar 1 Abad Syaikhona Kholil, Menghidupkan Warisan Pemikiran untuk Pedoman Masa Depan
4
Hasil Seleksi Calon Petugas Haji 2025 Diumumkan, Peserta Siap Ikuti Bimtek pada 14 April
5
Harga Stabil, Beras Kualitas Medium Paling Banyak Diminati Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah
6
F-Buminu Sarbumusi Resmikan Pesantren Vokasi Calon PMI, Langkah Perbaikan Tata Kelola Migrasi
Terkini
Lihat Semua