Melihat Penanganan Virus Corona di Iran, Negara Kedua dengan Kematian Terbanyak
Jumat, 28 Februari 2020 | 07:45 WIB
Aktivitas warga Iran. Selain 19 orang telah meninggal dunia karena virus Corona, sebanyak 139 orang juga telah terinfeksi di negara pimpinan Hasan Rouhani itu. (Foto: EPA via BBC)
Republik Islam Iran sejauh ini menjadi negara dengan kasus kematian akibat virus corona terbanyak kedua setelah China yakni sebanyak 19 jiwa.
Meskipun kasus virus corona semakin meningkat di Iran, pemerintah Iran tidak menerapkan tindakan karantina meskipun kekhawatiran melanda warga karena peralatan medis di negara tersebut kurang memadai.
Selain 19 orang telah meninggal dunia karena virus Corona, sebanyak 139 orang juga telah terinfeksi. Namun jumlah sebenarnya diperkirakan akan jauh lebih tinggi.
Dilaporkan BBC, Tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan melakukan perjalanan ke Iran akhir pekan ini untuk mengevaluasi situasi di sana dan memberikan bantuan.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan tidak ada rencana untuk melakukan karantina seluruh kota di negara tersebut. Di Qom, kota yang menjadi pusat penyebaran virus, tempat-tempat suci keagamaan masih dibuka.
Polisi di Teheran juga melakukan langkah proaktif untuk mencegah penyebaran virus Corona. Mereka melarang penggunaan ‘pipa shisha’ di kedai-kedai kopi dan tempat minum teh di seluruh kota. Pipa-pipa ini sering dihisap secara komunal dan diteruskan dari orang ke orang.
Di provinsi-provinsi yang terkena dampak, sekolah dan universitas telah ditutup dan berbagai pertandingan olahraga, pameran-pameran serta pemutaran perdana film dibatalkan.
Dilaporkan AFP, bukan hanya membantu melakukan pencegahan, Polisi Iran juga menangkap 24 orang yang dituduh menyebarkan kabar palsu terkait virus corona di media daring (online). Sedangkan sebanyak 118 pengguna internet lainnya hanya "dinasihati dan tidak ditahan" namun mereka diperingatkan.
Seperti di negara-negara lain yang terkena wabah, warga Iran antri di berbagai apotek untuk membeli masker pelindung wajah serta cairan desinfektan.
Seiring banyaknya permintaan, produk-produk seperti masker dan cairan desinfektan harganya melambung 10 kali lipat di Iran. Persediaan masker di Iran mengalami kekurangan karena jutaan masker disumbangkan ke China beberapa minggu lalu.
Menurut kantor berita Irna yang dikelola pemerintah, Iran menyumbangkan tiga juta masker pelindung wajah ke China "sebagai tanda persahabatan jangka panjang dan tradisi antara kedua negara".
Menurut kantor berita Irna yang dikelola pemerintah, Iran menyumbangkan tiga juta masker pelindung wajah ke China "sebagai tanda persahabatan jangka panjang dan tradisi antara kedua negara".
Pemerintah Iran sekarang mengatakan telah melarang ekspor masker wajah selama tiga bulan dan memerintahkan seluruh pabrik untuk meningkatkan produksinya.
Iran tidak melarang warganya bepergian ke luar negeri namun sejumlah negara seperti Turki, Pakistan dan Irak, telah menutup perbatasan mereka. Turki dan Uni Emirat Arab juga telah menangguhkan penerbangan dari Iran.
Pewarta: Fathoni Ahmad