Jamaah haji dari berbagai negara memadati pasar Kakiyah di Makkah, Arab Saudi, Kamis (6/7/2023) sore. (Foto: NU Online/Mahbib Khoiron)
Makkah, NU Online
Belanja oleh-oleh seolah menjadi tradisi yang tak boleh dilewatkan bagi jamaah haji Indonesia. Hal itu pula yang tampak tiap tahun di pasar Kakiyah, Makkah, Arab Saudi. Sebagian orang menyebutnya "Tanah Abang-nya Tanah Suci".
Pasar ini terletak sekitar 8 kilometer dari Masjidil Haram. Nama lengkapnya Sûq al-Ka'kiyah lil Jumlah atau pasar grosir Kakiyah. Tak kurang dari 180 lapak tersedia di sini. Pasar tiga lantai yang berlokasi di Jalan Ibrahim al-Khalil ini termasuk pasar grosir terbesar di Makkah.
Aneka suvenir dijual di pasar Kakiyah. Mulai dari abaya, gamis, kurma, peci, serban, sajadah, tasbih, gantungan kunci, tas, miniatur Ka'bah, teko Arab, parfum, hingga mainan anak-anak.
Meski lokasi di Makkah, tak semua produk yang dijual berasal dari Arab Saudi. Sebagian komoditas berasal dari China dan India. Harganya bervariasi: satu unit teko Arab beserta gelasnya dijual 70-100 SAR, boneka unta dengan berbagai ukuran 20-25 SAR, abaya dewasa 25-150 SAR, dan serban 15-25 SAR.
"Ayo ayo, murah-murah. Semua ada di sini," kata seorang penjual begitu melihat jamaah haji Indonesia melintas di depan tokonya, Kamis (6/7/2023).
Ya, sebagian besar penjual di pasar Kakiyah mengerti bahasa Indonesia, minimal kosa kata-kosa kata yang memudahkan mereka transaksi dengan pembeli. Umumnya mereka belajar bahasa ini dari keluarga atau kolega sesama pedagang yang juga biasa memiliki pelanggan asal Indonesia.
"Saya (belajar) bahasa Indonesia dari kakak saya," kata Muhammad, penjual pakaian.
Tidak terlalu sulit menemukan WNI di pasar ini kala musim haji kendati yang berbelanja berasal dari berbagai negara. Sebagian jamaah haji Indonesia menjadikan pasar Kakiyah sebagai salah satu tujuan untuk membeli oleh-oleh menjelang pulang ke Tanah Air. Mereka umumnya pergi ke pasar ini dari hotel dengan naik taksi.
Seperti yang dilakukan Teti. Jamaah asal Pandeglang, Banten ini belanja serban, parfum, peci haji, tasbih kokka, gamis, dan tas.
"Lebih murah kalau belanja banyak.
Tapi kalau beli satu, sama dengan pasar dekat hotel," kata Teti yang saat itu datang bersama suaminya Iim Badrut Tamam.
Teti dan Iim berencana akan memasukkan oleh-oleh belanjaannya ini ke dalam koper yang akan dibawa terbang pulang nanti. Sementara pakaian bekas pakai dipaketkan ke Indonesia lewat jasa pengiriman. Mereka yang mengirim barang lewat kargo mesti rela menunggu hingga dua bulan sampai ke Tanah Air.
"Kalau kita sampai di sana (Indonesia), kan enggak enak (oleh-oleh) harus nunggu dua bulan. Kurang berkesan," katanya.
Kesan yang mirip juga dirasakan Tarjan, jamaah haji asal Rembang. Saat itu ia belanja teko, sajadah, dan peci.
"Ini buat oleh-oleh untuk dibagikan ke tetangga. Harganya murah," ujarnya.
Pewarta: Mahbib Khoiron
Editor: Syamsul Arifin