PCINU Turki Ajak Santri Berwawasan Global dan Berkiprah di Kancah Internasional
Senin, 28 Oktober 2024 | 17:00 WIB
Istanbul, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa Nadhlatul Ulama (PCINU) Turki menggelar webinar dengan tema Kaum Santri Penjaga Tradisi, Berwawasan Global, dan Berkiprah Internasional. Webinar yang dimoderatori Aisyah Nur Rafida ini digelar untuk memperingati Hari Santri 2024.
Ketua PCINU Turki Mohammad Munirudin menyampaikan, kaum santri masa kini terus menjaga tradisi nasionalisme dengan mempertahankan nilai-nilai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), salah satunya Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Kita juga sebagai santri sekaligus mahasantri atau mahasiswa yang sedang berkuliah di Turki tentu punya wawasan yang mengglobal dan berkiprah keilmuan dan relasinya di kancah internasional,” katanya, pada Ahad (27/10/2024).
Senada, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki Adam Syaikhul Akbar berpesan, agar para santri dapat terus menjaga keislaman dan semangat keindonesian di mana pun berada.
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Pengurus Bedar Nahdlatul Ulama (PBNU) Moesafa menyampaikan, santri sejak dahulu sudah tumbuh dan berkembang dari tradisi yang ada di Indonesia.
"Santri harus memiliki pengetahuan, pemahaman, pendidikan, dan berwawasan yang global hingga internasional," kata Moesafa.
Bendahara Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU Wilda menyampaikan santri sejak dahulu hingga saat ini terus mengabdi di masyarakat dan negara melalui kegiatan yang berdampak nyata, salah satunya keluarga maslahah.
“Tantangan santri saat ini, apalagi di masa era globalisasi dengan perkembangan pesat teknologi, menjadi para santri harus masif menyebarkan ajaran agama Islam yang Ahlussunnah wal Jamaah,” katanya.
Dalam webinar ini terdapat beberapa narasumber. Pertama, Wakil Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda Ansor Budy Sugandi yang mengajak kaum santri untuk berpikir kreatif, inovatif, dan menjaga silaturahim.
“Kita tadi ingat sejarah, kemudian punya mindset yang berkembang, termasuk networking dan lain-lain, teman-teman juga harus menggunakan teknologi secara bijak,” ujar Budy.
Lalu narasumber kedua adalah Founder Perempuan Membaca Iffa Hannah. Ia menyampaikan bahwa santri harus memiliki semangat belajar dan cita-cita yang tinggi.
“Sekarang jihadnya santri itu ya belajar, memerangi kebodohan. Jadi perjuangan santri itu tidak akan pernah berakhir,” ungkapnya.
Narasumber ketiga adalah Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Gus Abdurrahman Kafa. Ia menyampaikan, berdakwah melalui media sosial menjadi solusi di era digital seperti saat ini.
“Media sosial jika kita lihat dari sisi positifnya itu merupakan sarana yang sangat efektif untuk menyebarkan pesan-pesan agama di era digital apalagi dakwah cinta kepada Nabi Muhammad,” katanya.
“Setiap orang memiliki gaya dan caranya menyampaikan pesan dalam berdakwah, karena harapannya isi atau nasehat itu bisa dipahami oleh pendengar,” tambahnya