Peringati Isra’ Mi’raj dengan Kajian Gender, Muslimat NU Jepang Bahas Relasi Horizontal Sesama Makhluk Allah
Senin, 12 Februari 2024 | 22:00 WIB
Nyai Hj Nur Rofiah usai mengisi kajian gender dalam Peringatan Isra' Mi'raj yang digelar PCI Muslimat NU Jepang di Waseda University, Jepang. (Foto: dok. PCIMNU Jepang)
Jakarta, NU Online
Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Jepang memperingati Isra' Mi'raj dengan menggelar kajian gender dalam perspektif Islam di Waseda University, Jepang pada Jumat (9/2/2024).
Kegiatan ini dihadiri oleh 30 peserta secara luring dan daring, yang bertujuan untuk merenungkan kembali sejarah Isra' Mi'raj serta mempelajari perspektif gender dalam Islam.
Pada kesempatan itu, Dosen Pascasarjana di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Jakarta Nyai Hj Nur Rofiah menjelaskan bahwa Isra’ Mi’raj adalah sebuah peristiwa yang bisa diambil pelajaran sebagai perjalanan spiritual untuk memperbaiki relasi horizontal dengan sesama makhluk Allah.
“Termasuk suami-istri dan orang tua-anak, meneguhkan untuk hanya taat mutlak kepada Allah dengan taat kepada nilai-nilai kebaikan bersama,” kata dia dalam keterangannya, diterima NU Online, Senin (12/2/2024).
Ia juga menerangkan kaitannya fenomena Isra' Mi'raj dan peran penting Sayyidah Khadijah Al Kubro, istri Nabi Muhammad, dalam sejarah tersebut.
“Khadijah merupakan wanita yang mandiri dan kuat. Bahkan saat Nabi diutus menjadi Rasul, Nabi meminta pendapat Khadijah dan khadijah langsung mempercayainya. Kepercayaan Khadijah terhadap kebenaran bahwa suaminya, Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul merupakan suatu ketaatan dalam nilai kebenaran kepada Allah,” katanya.
Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU) itu menyoroti kesempatan bagi perempuan untuk mencapai derajat spiritualitas yang tinggi meskipun mengalami berbagai proses reproduksi.
Ia memberikan pesan yang bisa diambil dari peristiwa Isra’ Mi’raj sebagai pelajaran spiritual untuk memperbaiki relasi horizontal dengan sesama makhluk Allah, termasuk suami, istri, orang tua, anak agar meneguhkan untuk hanya taat mutlak pada Allah dengan taat pada nilai kebaikan bersama.
“Mudah-mudahan kita bisa melakukan Isra’ Mi’raj semampu kita sesuai kondisi kita hari ini dan Isra’ Mi’raj membawa pesan bahwa pengalaman reproduksi perempuan yang sering sekali hadats besar (seperti) melalui menstruasi, melalui nifas, wiladah, dan istihadhah itu tidak menghalangi perempuan untuk mencapai derajat spiritualitas yang tertinggi,” papar Nur Rofiah.
“Jadi, perempuan punya kesempatan untuk menjadi makhluk yang mempunyai intelektual sekaligus spiritual secara maksimal,” imbuh Doktor lulusan Universitas Ankara Turki tersebut.
Sementara itu, Ketua PCI Muslimat NU Jepang, Syaifiyatul Hasanah, mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan untuk mengadakan kegiatan tersebut.
"Alhamdulillah kita berhasil diberi kesempatan hari ini mengadakan kegiatan bertajuk peringatan Isra’ Mi’raj dan kajian atau mengaji bersama gender dalam perspektif Islam," ujar Syaifiyatul.
Hadir dalam pertemuan itu, Profesor Miichi Ken dari Graduate School of Asia-Pacific Studies (GSAPS) Waseda University juga hadir dalam acara yang digelar PCI Muslimat NU Jepang itu. Ia menyatakan kegembiraannya atas pentingnya seminar ini.
Professor Ken, yang telah meneliti organisasi NU selama hampir 20 tahun, mengatakan bahwa pengetahuan tentang perspektif gender dalam Islam penting bagi semua, termasuk bagi para lelaki dalam kehidupan sehari-hari.