Perluas Wawasan Sejarah, Peserta KTI Maroko Kunjungi Tour Hassan di Rabat
Ahad, 27 Oktober 2024 | 12:00 WIB
Peserta program Kepenulisan Turots Ilmiah (KTI) Maroko dari Indonesia mengunjungi Tour Hassan di Rabat, Kamis (24/10/2024). (Foto: Sunnatullah)
Rabat, NU Online
Para peserta program Kepenulisan Turots Ilmiah (KTI) Maroko dari Indonesia yang merupakan penerima beasiswa kolaborasi antara Kementerian Agama (Kemenag) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), melakukan kunjungan ke situs bersejarah Tour Hassan di Rabat, Kamis (24/10/2014).
Kunjungan dipimpin oleh Kiai Muhammad Iqbal, Ketua Ikatan Keluarga Nahdlatul Ulama (IKANU) Maroko, bertujuan untuk memperluas wawasan mereka mengenai turots ilmiah, khususnya dalam sejarah peradaban Islam di Maroko.
Kiai Iqbal menekankan pentingnya kunjungan ini bagi para peserta. "Tour Hassan merupakan salah satu tempat wajib yang harus didatangi ketika berada di Maroko, karena memiliki sejarah yang sangat luar biasa di masa Al-Muwahhidun," ujarnya..
Tour Hassan dikenal sebagai salah satu peninggalan sejarah penting dari masa kekhalifahan Al-Muwahhidun, yang pernah berjaya di wilayah Maghrib dan Andalusia.
"Situs ini tidak hanya menjadi simbol kejayaan peradaban Islam, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda muslim yang ingin mempelajari turots ilmiah dan kebudayaan Islam klasik," tambah Kiai Iqbal.
Sekilas Sejarah Tour Hassan
Tour Hassan, sebuah situs bersejarah di Rabat, Maroko, adalah peninggalan yang mengandung kisah besar namun belum terselesaikan dari masa Dinasti Al-Muwahhidun.
Pembangunannya dimulai pada abad ke-12 di bawah perintah Sultan Abu Yusuf Yaqub al-Mansur, salah satu penguasa terkemuka dinasti tersebut. Ambisi sang sultan adalah menjadikan Tour Hassan sebagai bagian dari masjid terbesar di dunia, sebuah proyek yang akan menandingi kemegahan masjid-masjid di Andalusia dan seluruh dunia Islam.
Namun, mimpi besar ini terhenti karena kematian Abu Yusuf Yaqub al-Mansur pada tahun 1199, yang menyebabkan proyek pembangunan masjid ini terbengkalai. Setelah wafatnya sang raja, pembangunan tidak dilanjutkan oleh penerusnya. Rencana untuk menjadikan Tour Hassan sebagai pusat keagamaan Islam yang terbesar di dunia pun sirna.
Meskipun masjid yang diimpikan tidak pernah selesai, menara Tour Hassan yang menjulang setinggi 44 meter tetap berdiri kokoh sebagai simbol ambisi besar Sultan al-Mansur. Menara ini awalnya direncanakan setinggi 86 meter dan seharusnya menjadi pusat dari kompleks masjid yang dapat menampung ribuan jemaah. Kini, reruntuhan pilar-pilar besar yang tersisa di sekitarnya menjadi saksi bisu dari proyek monumental tersebut.
Selain sebagai situs bersejarah yang mencerminkan kejayaan Dinasti Al-Muwahhidun, Toer Hassan juga menjadi tempat dimakamkannya beberapa raja Maroko. Makam-makam ini termasuk Sultan Mohammed V, yang merupakan salah satu pemimpin penting dalam sejarah modern Maroko, serta Raja Hassan II. Kompleks makam ini menambah dimensi spiritual dan politik yang dalam bagi situs Tour Hassan, menjadikannya sebagai salah satu tempat paling dihormati di Maroko.
Hingga kini, Tour Hassan tidak hanya dikenal sebagai monumen yang mewakili ambisi yang tak terselesaikan, tetapi juga sebagai warisan sejarah yang berharga, menarik pengunjung dari seluruh dunia untuk mempelajari peradaban dan sejarah Islam di Maroko.
Melalui kunjungan ini, para peserta KTI Maroko diharapkan dapat lebih memahami dan mengapresiasi warisan intelektual Islam yang kaya, serta mampu mengaplikasikan wawasan tersebut dalam karya tulis mereka di masa mendatang.